Sepi, sendirian.
Itulah yang dirasakan gladys saat ini. Ia tak tau dirinya berada dimana. Semuanya gelap dan sunyi.
Rasa takut, membuat kakinya terus melangkah entah kemana. Yang ia inginkan kini hanyalah mendapatkan serca cahaya yang bisa menuntunnya keluar dari kegelapan ini.
Tubuhnya mulai bergertar. Bibirnya terus memanggil manggil nama orang lain.
"Mom... Dad... Kak Galen.. hiks kalian dimana? Gladys takutt hiks"
Gladys terus melangkah sambil memanggil manggil mommy, daddy dan kakaknya. Berharap mereka bisa datang dan menolongnya. Hingga tanpa sengaja bibirnya menyebut satu nama yang otomatis membuat nyeri dihatinya.
"Kak al... hiks" sebut gladys.
Ia mulai lelah. Dadanya sesak dan nyeri, namun ia tetap tak menemukan jalan untuk keluar dari kegelapan itu.
"Kak al tolong aku.. hiks, kenapa kamu pergi? Kenapa kamu ninggalin aku? Aku mau kamu, aku butuh kamu. Kak al.....!!!" Teriak gladys begitu keras, meluapkan semua rasa yang ada dihatinya.
Tiba tiba sebuah cahaya muncul. Gladys segera mengusap air matanya. Dan berlari menuju cahaya itu.
Setelah ia mendekat, ternyata itu adalah cahaya yang berasal dari balik pintu yang sedikit terbuka.
Perlahan gladys membuka pintu itu. Dan ia langsung disambut dengan semilir angin malam yang menerpa tubuhnya.
Gladys tau tempat ini. Ini adalah rooftop gedung kantor milik daddynya yang biasa ia kunjungi untuk menikmati pemandangan langit malam dan keindahan cahaya bulan.
Gladys mendekat ke arah pinggiran rooftop. Kerlap kerlip lampu kota nampak begitu indah dari sana. Membuat seutas senyum terbir dibibirnya.
Kemudian, gladys mendongak. Menatap langit malam yang terlihat cerah. Dipenuhi binta bintan yang bersinar terang, dan bulan yang terilhat besinar begitu indah.
"Andai aku bisa meraih bula itu, aku akan ku berkan kepadanya. Sebagai bukti bahwa aku benar benar mencintainya agar dia mau kembali lagi dalam hidupku" guman gladys.
Gladys menghela nafasnya. Ia tau itu mustahil ia dapatkan. Dan begitu pula kedatangannya, itu juga mustahil. Namun hatinya masih menaruh harapan, bahwa suatu saat nanti dia akan kembali.
Gladys menatap bulan itu kembali. Namun kali ini ia mengerutkan keningnya ketika melihat sang rembulan semakin mengecil. Kemudian turun perlahan lahan kearahnya. Gladys menengadahkan tangannya saat cahaya yang tadinya adalah sebuah bulan semakin mendekat padanya.
Dan kini apa yang ada di tangannya, membuat dirinya benar benar terkejut dan tak percaya. Cahaya itu kini berubah lagi menjadi sebuah bulan, dan kini bulan itu sedang ia genggam.
Gladys tersenyum bahagia. Senyumannya begitu lebar. Cahaya itu menyoroti wajahnya, membuat paras cantik itu semakin terlihat indah.
Gladys memperhatikan bulan itu dengan mata berbinar. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah wajah dibulan itu.
"Kak al.." lirihnya.
Ya, ia menemukan wajah seseorang yang sangat ia inginkan kehadirannya. Seseorang yang sangat ia rindukan. Seseorang yang sangat ia cintai dari dulu hingga saat ini. Seseorang yang pergi entah kemana dan meninggalkan luka untuknya.
Kedua mata coklat itu berkaca kaca. Ia melihat alaric yang sedang tersenyum padanya. Senyum yang manis dan begitu tulus. Senyum yang dulu hanya ditujukan padanya, dan orang lain tak pernah melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3. Moonlight (END)
RomanceWARNING!! CERITA DEWASA Ini murni imajinasi author yang di tuangkan dalam sebuah tulisan CERITA MASIH LENGKAP Sinar rembulan yang menjadi saksi bahwa kamu mencintaiku ~●Moonlight●~ "Kak sakit.. hiks" "Kenapa menangis? Bukankah kamu menyukai jika kus...