Diaz menaikkan pandangannya kepada galen yang berdiri didepannya dengan nafas memburu. Diaz tau galen sedang marah, namun diaz tak tau apa yang baru saja terjadi. Namun dapat diaz simpulkan jika galen baru saja terlibat perkelahian karena beberala lebam diwajahnya.
"Kenapa kamu?"tanya diaz sambil meletakkan laptop yang sejak tadi dipangku olehnya. Kemudian diaz bangkit dan mulai meneliti tubuh galen.
"Ada apa? Kenapa lebam lebam seperti itu? Kamu ada masalah sama siapa?"
Agatha yang datang ke ruang keluarga membawa nampan berisi minuman untuk dirinya dan diaz benar benar terkejut ketika melihat putranya berabtakan seperti itu.
"Galen! Sayang kamu kenapa? Kok bisa kayak gini? Siapa yang ngelakuin ini ke kamu?" Tanya agatha bertubi tubi sambil membingkai wajah galen. Melihat luka luka diwajahnya.
"Alaric" ucap galen. Diaz menaikkan sebelah alisnya sedangkan agatha lamgsung diam.
"Ada apa kali ini?" Tanya diaz dengan nada dingin. Ia tau kemana arah pembicaraan ini akan dibawa.
"Galen bener bener ga setuju dan ga rela kalau gladys dijodohin sama al. Apalagi menikah"
"Kamu ini kenapa sih? Ga suka banget sama al. Dulu kan kalian teman dekat"
"Itu dulu dad!! Sekarang enggak. Bahkan aki sangat menyesali pertemanan ku dulu dengannya setelah apa yang al katakan soal gladys" diaz menaikkan sebelah alisnya.
"Apa yang al katakan?"
"Dia bicara seolah olah gladys yang ngejar ngejar dia, seolah gladys yang memohon mohon untuk perjodohan ini"
"Memang itu kenyataannya kak" saut gladys yang tiba tiba muncul. Semua orang langsung melihat ke arah gladys yang melangkah mendekati mereka.
"Yang dikatakan kak al itu bener kak. Aku memang ga bisa move on dari dia. Dan memang selalu aku yang memohon sama kak al untuk menerima perjodohan ini" ucap gladys dengan mata berkaca kaca.
"Kenapa?" Tanya galen dengan dingin
"Karena aku cinta sama dia" kini air mata gladys mengalir dikedua pipinya.
"Kamu sadar nggak? Belum apa apa aja , al udah nyakitin kamu apalagi...
"Aku tau kak al emang selalu nyakitin aku sejak pertemuan ini. Tapi aku yakin suatu saat nanti kak al akan kembali seperti yang dulu aku yakin"
Galen hanya geleng geleng kepala saja. Gladys benar benar keras kepala.
"Gimana kalau itu nggak pernah terjadi?"
"Pasti akan terjadi" ucap gladys dengan yakin, membuat galen tersenyum miring.
"Bodoh kamu. Aku harap kamu ga akan menyesal nantinya" ucap galen kemudian pergi dar sana.
Gladys, diaz dan agatha melihat ke arah galen yang berlalu menuju kamarnya.
Sebenarnya, diaz juga mulai sedikit meragukan keputusannya untuk menjodohkan gladys dengan al setelag mendengar perdebatan kedua anak anaknya itu. Namun disisi lain, ia tak ingin membiat gladys kecewa. Jika gladys saja yakin al bisa berubah, kenapa dirinya tidak.
"Kamu yang sabar ya sayang"ucap agatha memeluk gladys.
Gladys membalas pelukan agatha sambil menangis didalam pelukannya. Dan hal itu mampu membuat hati gladys sedikit membaik.
"Sekarang kamu istirahat aja ya" ucap agatha dengan lembut. Gladys mengangguk.
"Iya mom"
Gladys tersenyum pada agatha dan diaz kemudian berjalan menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3. Moonlight (END)
RomanceWARNING!! CERITA DEWASA Ini murni imajinasi author yang di tuangkan dalam sebuah tulisan CERITA MASIH LENGKAP Sinar rembulan yang menjadi saksi bahwa kamu mencintaiku ~●Moonlight●~ "Kak sakit.. hiks" "Kenapa menangis? Bukankah kamu menyukai jika kus...