Jangan lupa vote dan komen
.
.
.
.
."Alice?" Tanya al. Gladys mengangguk berkali kali masih dengan isakkannya.
Al terdiam. Memperhatikan wajah gladys yang dibasahi oleh air mata itu. Bahkan kini isak tangis gladys semakin menjadi.
Al melepaskan tangannya yang melingkar dileher gladys. Saat itulah tubuh gladys meluruh. Gadis itu bersimpu dilantai dengan tangis pilunya. Gladys tidak hanya menangis karena takut kepada al. Namun ia menangis juga untuk meluapkan rasa sakit dihatinya yang sejak tadi ia tahan ketika bersama alice.
Al ikut bersimpu disana. Mensejajarkan tubuhnya dengan gladys. Gladys masih menunduk dan menangis. Tangan al terulur untuk menaikkan dagu gladys agar ia bisa melihat wajah cantik itu. Al akui meski sedang menangis dan berantakan gladys masih terlihat cantik. Untuk beberapa saat al tersihir dengan kecantikannya. Namun al segera menepis itu.
"Alice ngomong apa aja ke lo?" Tanya al dengan nada masih ketus.
"Dys jawab gue!!"
Gladys tak bisa berkata kata. Nafasnya mulai sesak karena terus menangis sesenggukan. Ia sampai memegangi dadanya.
"Shit!!" umpat al ketika tak kunjung mendapat jawaban. Dirinya merasa sangat kesal. Dan jujur saja, al tak mengerti penyebabnya. Karena gladys yang lancang membawa ponselnya pergi atau karena melihat gladys menangis seperti ini. Al tidak tau. Dan kini ia hanya bisa uring uringan tidak jelas sedangkan gladys masih belum bisa meredakan tangisnya.
Gladys berusaha keras untuk berhenti menangis, namun tak bisa. Al berdiri untuk mengambil air minum di sebuah botol. Kemudian ia kembali memberikan kepada gladys. Tanpa penolakan gladys meminum air itu. Setelah minum tangis gladys sudah mereda. Namun masih sesenggukan.
"Berdiri" ucap al pada gladys. Gladys menurut saja.
Dengan nafas masih sesenggukan, gladys berdiri di hadapan al dengan kepala tertunduk. Pandangannya fokus pada kedua ujung sepatu yang masih ia kenakan.
"Lo diem disini, jangan kemana mana. Gue mau ketemu sama alice bentar. Ngerti?" Gladys mengangguk beberapa kali. Kemudian al mengambil pakaiannya dan kembali ke kamar mandi untuk mengenakannya.
Gladys memilih untuk duduk dibalkon kamar. Menikmati semilir angin yang menerpa tubuhnya. Perutnya yang tadi terasa lapar kini tak lagi ia rasakan. Mood nya benar benar hancur.
Ditengah lamunannya bersama angin, gladys mendengar suara pintu tertutup. Itu pasti al yang sudah keluar untuk menemui alice. Gladys kembali menitikkan air mata. Mengingat semua perkataan alice yang membuatnya takut. Takut untuk kehilangan al. Seseorang yang terus memberinya luka.
*********
Al diam menatap wanita yang sedang asik menyantap makanannya. Alice sama sekali tak menghiraukan al, karena ia tau kini al sedang memberikannya tatapan setajam silet. Jujur alice takut dengan tatapan itu. Karena sebelumnya al tidak pernah melakukan ini padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
3. Moonlight (END)
RomanceWARNING!! CERITA DEWASA Ini murni imajinasi author yang di tuangkan dalam sebuah tulisan CERITA MASIH LENGKAP Sinar rembulan yang menjadi saksi bahwa kamu mencintaiku ~●Moonlight●~ "Kak sakit.. hiks" "Kenapa menangis? Bukankah kamu menyukai jika kus...