Jangan lupa vote dan komen
.
.
.
.
."Sudah kau temukan leon?" Tanya al pada leon yang tak lain orang kepercayaan al.
"Sebentar tuan. Saya masih berusaha" ucap leon masih fokus pada layar komputer yang menampilkan rekaman cctv rumah mereka. Tangan leon bergerak dengan lihai untuk meneliti rekamam detik demi detik untuk menemukan siapa pelaku dibalik penculikan gladys. Sedangkan al nampak berdiri sambil mondar mandir tidak karuan. Ia sungguh sangat khawatir dan tidak tenang.
"Ketemu tuan. Ini dia" ucap leon. Al langsung mendekat dan memperhatikan rekaman itu dengan seksama.
Mereka memperhatikan dengan benar siapa orang orang itu. Berulang kali rekaman itu di putar slow motion pada detik dimana memperlihatkan dua orang pria turun dari mobil dan menarik gladys masuk kedalam mobil mereka. Saat rekaman sampai pada mobil itu melaju, al memberhentikan video itu. Kemudian ia mengezoom gambarnya tepat pada plat nomornya.
Saat itulah rahang al langsung mengeras. Nafasnya mulai tak teratur dam berkeringat dingin. Bukan nomor platnya yang membuat al seperti ini. Namun sebuah logo berwarna silver yang terletak disamping nomor platnya lah yang membuat al seperti ini. Dari sana al tau benar siapa pelakunya.
"Richard!!" Teriak kesal al sambil menghempaskan barang apa saya yang ada didekatnya. Leon terkejut dengan semua ini, dan memilih sedikit menjauh. Ia tau jika al sedang sangat emosi.
"Cari tau dimana keberadaan gladys sekarang. Aku tidak mau tau, kita harus segera menemukannya. Jika tidak, kau dan semua anak buahmu yang akan kubunuh" ucap al dengan kobaran amarahnya. Leon tertegun.
"Ba.. baik tuan" ucap leon kemudian langsung pergi untuk mencari pentunjuk tentang keberadaan gladys.
Al menghempaskan tubuhnya di sofa. Ia meremas kuat kepalanya yang terasa sangat berdenyut. Ia harus bisa tenang, karena ia harus segera menemukan keberadaan gladys. Al tau benar seperti apa pria bernama richard yang al yakini sebagai dalang dibalik ini semua.
Dengan cepat al mengambil sebuah botol kaca yang ada laci. Al mengeluarkan beberapa butir obat dari botol itu kemudian langsung menelannya. Seakan tak ada lagi pahit yang ia rasakan.
Setelah itu al mengambil ponselnya dan menghunbungi seseorang. Al meletakkan ponselnya ditelinga sambil menunggu orang itu menerima panggilannya. Beberapa saat kemudian akhirnya panggilan itu diterima.
"Halo pa" ucap al pada mr. Afsheen yang berada di sebrang telfon.
"Kenapa al? Kenapa suaramu begitu? Kamu baik baik saja?"
"Al butuh bantuan papa"
"Bantuan apa? Katakan"
KAMU SEDANG MEMBACA
3. Moonlight (END)
RomanceWARNING!! CERITA DEWASA Ini murni imajinasi author yang di tuangkan dalam sebuah tulisan CERITA MASIH LENGKAP Sinar rembulan yang menjadi saksi bahwa kamu mencintaiku ~●Moonlight●~ "Kak sakit.. hiks" "Kenapa menangis? Bukankah kamu menyukai jika kus...