Dia Menamparku

835 79 24
                                    

Lima hari Baekhyun meninggalkanku karena aktivitasnya. Dan selama itu dia hanya sempat menghubungiku dua kali.

Aku bosan sendirian berhari-hari. Dan memilih bepergian dengan temanku, Kim Taehyung.

"Jangan terkejut ya?" kata Taehyung ketika kami berhenti di depan sebuah kedai makan.

"Terkejut kenapa?"

"Tempat ini sering banyak dikunjungi oleh para selebriti."

"Oh ya?"

"Iya. Ayo kita masuk."

Aku tidak berpikiran atau menduga karena yakin betul Baekhyun tidak punya waktu berkunjung ke tempat ini karena jadwalnya yang padat. Tapi di sana aku melihatnya bersama beberapa rekan dari SM. Dan selalu saja, wanita itu bersamanya. Mereka sengaja mengambil posisi di pojokkan untuk mempermudah kebersamaan mereka yang sedang mengobrol secara privasi.

Jika Taehyung tidak menyebut namaku secara lantang akibat terlalu lama berdiam diri, Baekhyun juga tidak akan menyadari keberadaanku. Tapi itu hanya lirikan sesaat karena dia harus memfokuskan perhatiannya kembali pada wanita di sampingnya.

"Taehyung, aku tidak mau di sini." Aku beranjak keluar.

"Kenapa? Kau belum mencoba menu di sini. Aku yakin kau akan menyukainya."

Aku tidak dapat menjelaskannya dengan cara yang masuk akal karena terlanjur kesal, kecewa, marah. Dan aku tahu, tidak ada yang bisa kulakukan.

***


Aku tidak tahu dia akan mendahului kepulanganku. Namun dia bilang hanya sebentar.

"Aku pikir kalian sudah tidak berhubungan lagi."

Dia membahas kebersamaanku dengan Taehyung di Restoran tadi.

"Tidak ada batasan untuk seorang teman."

"Kalau begitu beri tahu dia kau sudah menikah."

"Tetap tidak akan ada yang berubah. Kami tetap akan bertemu."

"Kalau begitu berhenti menemuinya."

"Kenapa?"

Dia menjawab cukup lama. "Aku tidak suka."

Sejenak aku terdiam. Lalu menunjukkan senyuman sinis. Kalian dengar? Dia bilang dia tidak suka melihatku dengan pria lain.

"Kami berteman." Sontak aku memejamkan mata begitu tangannya mendarat di pipiku. Aku kira itu adalah tamparan, namun dia memberiku sentuhan lembut di pipi.

Aku tahu, Baekhyun tidak pernah main tangan. Aku mengenalnya.

"Dengar, dan ikuti saja kata-kata suamimu." Dia bicara dengan suara tenang, namun terkesan tidak boleh dianggap remeh.

"Jika kamu merasa kesepian dan ingin keluar, telepon saja orang-orang di rumah. Aku harus pergi, Taeyeon sudah menunggu lama di bawah."

Sebelum pergi, dia mendaratkan kecupan di keningku. Meninggalkanku yang tidak mampu berpikir sehat.

Air mata mewakili.

Dia baru saja menamparku dengan cara yang berbeda.

UNTITLEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang