Keesokan harinya, di Apartemenku.
Sejak saat itu Baekhyun tidak berhenti menghubungiku dan mengirim pesan teks berkali-kali. Satupun tak ada yang kupedulikan.
Namun kali ini aku harus meladeninya.
"Kita harus bicara!" Baekhyun memulai seperti tidak sabaran.
"Kau sudah terima suratnya? Aku sudah mengisi bagianku. Giliranmu. Sampai ketemu di persidangan 3 hari lagi."
"Aku tidak akan melakukannya!"
"Kenapa tidak? Bukan dengan begitu kau bisa menghabiskan banyak waktumu dengannya? Itu kan yang kamu mau?"
"Diam! Kita tidak akan bercerai dalam keadaan kamu yang sedang mengandung. Pikirkanlah bayimu."
"Kenapa kau baru peduli sekarang? Selama ini aku sendiri yang menjaganya. Jika kau memikirkan bayi ini, kau tidak akan tega melakukannya. Kau sama sekali tidak peduli. Anggap saja, ini hasil dari sebuah kesalahan. Aku tidak mau anakku memiliki seorang Ayah tukang selingkuh."
"Hei!" Baekhyun meneriakiku karena keberatan. "Jaga ucapanmu. Siapa yang kau maksud tukang selingkuh?!" Perlahan suaranya teredam, namun bisa kurasakan rahangnya mengeras. "Aku hanya menjalin hubungan dengan satu wanita. Kau saja yang terlalu berlebihan."
Aku benci dia yang tidak pernah mau mengakui kesalahannya. Membuat rasa tidak sukaku semakin membesar.
Bunyi bel apartemen mengalihkan perhatianku. Dan Baekhyun peka akan hal itu.
"Bukalah. Aku punya kiriman untukmu." Baekhyun bicara di seberang.
Dan aku mulai takut.
Tapi sekarang aku menuju pintu, memeriksa di sebuah monitor siapa yang datang.
Terlihat seorang pria asing di luar sana.
Setelah pria itu memberitahu kedatangannya, aku segera membuka pintu.
"Kiriman untuk Anda." Dia menyodorkan sebuah amplop coklat.
Saat aku kembali ke dalam, lekas aku buka amplop itu yang isinya terdapat sobekan kertas surat pengajuan perceraian tadi.
"Kau suka?"
Suara itu menyadarkanku bahwa kami masih bertelponan. Aku meraih ponsel itu dan segera memutus sambungan.
Tidak.
Jangan goyah.
Masih banyak cara untuk mengakhirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED
Short StorySebut saja cerita tak berjudul. Karena aku bingung judul apa yang tepat untuk menceritakan keseharian kita. Karena semua rasa yang kurasakan terjadi di sini. Mulai dari yang namanya bahagia hingga tersakiti.