"Apa dia tahu kita menikah?"
Aku membicarakannya saat ada kesempatan.
"Tidak."
"Pantas saja."
"Apanya?"
"Sesama perempuan, jika dia tahu. Dia akan mengerti posisinya."
"Jadi, kau ingin mengulangi kesalahan yang sama?"
Aku menatapnya keberatan. "Jadi menurutmu ini kesalahanku? Semua yang terjadi. Kamu yang memulainya."
"Aku pikir kita sudah sepakat untuk tidak membahas ini lagi."
"Aku tidak akan membahasnya jika kamu berhenti bermain-main."
"Siapa yang bermain-main?"
"Kau! Kau bermain-main dengan pernikahan kita! Sekarang aku tanya, apa arti pernikahan bagimu?"
"Hentikan!"
Sekarang, dia mulai membentakku.
"Kau membuatku pusing." Dia melanjutkan. Seolah-olah melampiaskan apa yang membuatnya stres. "Aku berharap saat pulang kau akan menghiburku. Tapi kau malah menambah beban pikiranku. Ocehanmu, kemarahanmu, kau tidak sadar kaulah yang membuat dirimu menjadi menyedihkan. Semuanya akan baik-baik saja jika kau tidak mengungkitnya lagi. Bukankah kau sudah setuju dengan hubunganku dan Taeyon?! Dan kau tidak berkomentar apapun saat itu! Kenapa sekarang kau membahasnya lagi?!"
"Aku diam bukan berarti aku menyetujuinya!"
"Terlambat! Aku sudah terlanjur menyerahkan seluruh perasaanku! Dan aku, tidak bisa melepaskanmu."
Aku terkekeh gila. Hubungan macam apa ini? "Jangan bilang... Kau mencintai kami di saat yang bersamaan?"
Baekhyun masih menatapku dengan wajah lelahnya. Tolong. Jangan bilang kalau itu jawabannya.
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED
Short StorySebut saja cerita tak berjudul. Karena aku bingung judul apa yang tepat untuk menceritakan keseharian kita. Karena semua rasa yang kurasakan terjadi di sini. Mulai dari yang namanya bahagia hingga tersakiti.