Hari-hari berikutnya.
Kita saling membisu.Berpapasan seolah tak saling kenal satu sama lain.
Namun hari ini ada yang berbeda darimu.
Yang pasti aku tidak mengenal siapa yang berdiri di depanku dengan tatapan menghakimi sekarang.
"Kamu pasti sudah tau kabar yang sedang terjadi."
Siapa lagi yang menjadi pembahasan kita saat ini kalau bukan dia.
"Ini tidak seharusnya terjadi kan?"
Kamu peduli padanya. Tentu saja.
"Kenyataannya ini sudah kejadian. Lalu apa yang akan kamu lakukan?" Aku berusaha bertutur kata dengan tenang.
Ada rasa tak ingin menyalahkan di matamu.
"Baekhyun. Jika ingin menyakitiku jangan setengah-setengah."
"Aku tidak bermaksud menyakitimu!" Kamu mengelak keras.
"Sungguh? Lalu kenapa aku merasa demikian? Apa kamu pura-pura tidak tau apa yang kamu katakan di depan Taeyeon malam itu? Aku di sini menunggumu. Aku selalu percaya kamu yang berjanji bisa menjaga hatimu di luar sana. Kamu sadar sikapmu belakangan ini tidak adil terhadapku. Tapi kamu masa bodoh hanya karena aku diam saja. Itukah yang kamu sebut tidak bermaksud menyakiti? Bukankah seharusnya kamu yang lebih tau?!"
Dalam perdebatan ini akulah yang paling banyak mengeluarkan segala apa yang terpendam selama ini.
Kamu hanya diam menjadi pendengar.
Selalu tak pernah ada solusi untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Justru semakin hari masalah ini membuat jarak kita semakin jauh.
Kata maaf, bukan itu yang kubutuhkan.
Bahkan meski kau berjanji takkan mengulanginya lagi. Aku akan memaksa hati kecilku untuk menolakmu.
Namun satu hal yang kutakutkan. Aku takut tidak bisa berjanji untuk melupakanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED
Short StorySebut saja cerita tak berjudul. Karena aku bingung judul apa yang tepat untuk menceritakan keseharian kita. Karena semua rasa yang kurasakan terjadi di sini. Mulai dari yang namanya bahagia hingga tersakiti.