"Aku mencintaimu..." Katamu, sudah terlalu sering.
"Cinta? Tidak ada cinta yang menyakiti dengan sengaja." Jawabanku pun tidak berubah.
"Aku tidak menyakitimu. Hanya saja, berjuang tanpa selingkuh itu tidak mudah."
"Apa yang kamu perjuangkan?"
"Perasaanku. Kamu tidak pernah tahu, aku pernah berada di titik jenuh. Selingkuh adalah satu-satunya cara agar perasaanku tidak pudar."
"Memang tidak pudar. Hanya saja tidak utuh lagi."
Kenapa? Kenapa kamu malah tersenyum? Apa yang lucu dari pernyataanku?
"Setidaknya aku masih punya perasaan padamu. Dari pada tidak ada sama sekali."
"Lebih baik tidak usah sekalian. Percuma."
"Kamu ini kenapa? Aku sedang berusaha memperbaiki hubungan kita."
"Kamu tidak akan bisa semudah itu menghilangkan rasa traumaku, seperti kamu yang tidak mudah menghapus namanya dari dalam hati dan pikiranmu."
Aku berharap kamu membantah dengan apa yang ku katakan. Namun diam mu membuatmu seperti tertampar kenyataan. Bahwa, dia masih menguasai hati dan pikiranmu.
Hubungan kita tidak akan bisa kembali harmonis jika masih ada dia di antara kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED
Short StorySebut saja cerita tak berjudul. Karena aku bingung judul apa yang tepat untuk menceritakan keseharian kita. Karena semua rasa yang kurasakan terjadi di sini. Mulai dari yang namanya bahagia hingga tersakiti.