Tadi malam, aku benar-benar tidak sadar kita tidur dalam keadaan saling berpelukan. Selepas kau bercerita mengenai masalah mu. Mungkin itu yang membuatku luluh.
Lalu di pagi buta, kita masih betah di ranjang.
Aku duduk bersandar, sedangkan kepalamu tepat di atas perutku, mengelusnya teramat pelan.
Ku amati perlakuanmu dalam diam tanpa melakukan apapun.
"Sudah berapa bulan?" katamu.
"Tiga bulan."
"Jika anak kita perempuan. Akan kuberi nama Aeri. Jika laki-laki, sepertinya Theo bagus." Sambil mendongak padaku, kau berkata, "Bagaimana menurutmu?"
Harusnya aku bahagia
Harusnya aku sedikit tersenyumEntah kenapa semua itu sulit kulakukan meski pura-pura.
"Terserah. Kau Ayahnya..."
Setidaknya aku berkata dengan tenang walau kaku. Kau pun tersenyum dan kembali meletakkan kepalamu seperti tadi. Kau juga menuntun tanganku di kepalamu, ingin aku mengelusnya.
"Aku masih mengantuk...." katamu dengan vokal semakin berat. Kau pun terlelap di saat aku masih mengelus rambut mu sesuai yang kau mau.
Aku tidak tahu darimana datangnya bisikan ini
Atau aku mengelak bahwa itu datang dari suara hatiku, yang meminta agar waktu berhenti berputar.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED
Short StorySebut saja cerita tak berjudul. Karena aku bingung judul apa yang tepat untuk menceritakan keseharian kita. Karena semua rasa yang kurasakan terjadi di sini. Mulai dari yang namanya bahagia hingga tersakiti.