"Kamu tidak akan melakukannya."
"Kenapa tidak? Apa yang membuatmu berpikir aku tidak akan melakukannya? Aku lebih baik hidup sendiri daripada diperlakukan seperti ini."
"Dia juga anakku. Aku tidak akan membiarkanmu membawanya."
"Aku rasa dia akan malu punya Ayah tukang selingkuh sepertimu."
Aku berpikir Baekhyun merasa diserang oleh pengakuanku barusan jika dilihat dari caranya yang tidak mampu berkata-kata.
"Mudah saja jika kamu tidak mau kita bercerai. Lepaskan dia. Tinggalkan wanita itu."
"Aku bisa saja melepaskan dan meninggalkannya. Tapi hatiku tidak bisa. Dia memiliki separuh hatiku."
Air mataku menetes dalam diam. Aku menangis tanpa ekspresi sambil menatapnya. Dan aku tidak akan pernah bisa untuk terbiasa dengan kejujurannya yang menyakitkan itu.
Baekhyun baru saja menyadarkanku bahwa ini bukan menyangkut perkara melepaskan. Tetapi perasaan. Aku tidak tahu bahwa Baekhyun memiliki perasaan sedalam itu kepada wanita lain selain diriku.
Bodohnya aku yang memberinya pilihan seperti itu!
"Tapi aku juga tidak bisa membiarkanmu pergi. Dia tidak masalah menjadi yang ke-2. Tidak egois seperti yang kamu pikirkan."
Aku membuang pandangan seraya tersenyum getir dengan air mata yang berjatuhan terus menerus.
"Baekhyun, di dunia ini tidak semua wanita mau diduakan. Bagaimana menurutmu jika aku menjalin hubungan dengan laki-laki lain dalam keadaan kita masih bersama? Aku akan tidur dengan laki-laki itu, lebih banyak menghabiskan waktu dengannya, dan mengabaikanmu di saat kamu benar-benar sedang membutuhkanku."
Baekhyun tidak merespon. Bahkan berekspresi sedikitpun tidak. Wajahnya amat datar menatapku. Sedangkan aku benar-benar menginginkan jawaban darinya.
"Pertahankan saja dia. Aku tetap menginginkan kita pisah. Tidak ada lagi yang bisa aku harapkan darimu. Bahkan cintamu. Itu saja masih tidak cukup. Hubungan tidak akan lengkap jika tidak ada kesetiaan di dalamnya."
Baekhyun benar-benar tidak bereaksi hingga
"Laki-laki lain ya? Aku tidak yakin kamu mampu melakukannya."
"Kau pikir aku tidak bisa melakukan seperti apa yang kamu lakukan?"
"Hubungan yang apabila dipaksakan, tidak akan berjalan seperti yang kamu inginkan. Jangan memaksakan diri jika kamu tidak sanggup melakukannya."
Aku menunjukkan ekspresi bingung atas ucapannya barusan.
"Kau tidak mengerti maksudku?" Lanjutnya. Dia menghela nafas teratur untuk mulai bicara. "Seperti aku dan Taeyeon misalnya. Hubungan kami berjalan bukan karena sebuah keharusan. Jadi jika kau mau menjalin hubungan dengan laki-laki lain karena keadaan yang mengharuskan, itu tidak akan berjalan dengan baik."
Senyuman itu. Seolah-olah sedang menertawai kelemahanku. Aku memang pernah menggilainya sampai berpikir tidak akan ada laki-laki yang sanggup menggantikannya. Namun itu dulu.
Dan dia pasti mengira aku masih menggilainya sampai sekarang.
"Persidangannya dua hari lagi." Begitulah caraku mengusirnya dari Apartemen. Dalam keadaan masih dibayang-bayangi ucapannya.
Dia pikir aku tidak bisa mencintai laki-laki lain selain dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLED
Short StorySebut saja cerita tak berjudul. Karena aku bingung judul apa yang tepat untuk menceritakan keseharian kita. Karena semua rasa yang kurasakan terjadi di sini. Mulai dari yang namanya bahagia hingga tersakiti.