Jangan lupa vote terlebih dahulu ya! Dan jangan lupa komen juga hehe :)
🎀🎀🎀
Sabtu pagi matahari terasa terik akhir-akhir ini, terlebih sudah sebulan lamanya tidak turun hujan. Dearni berdiri di halte dekat rumahnya menunggu sebuah bus metromini. Ketika bus yang ingin ia naiki sudah terlihat dari jauh. Dearni langsung maju selangkah.Mengulurkan tangan agar bus itu berhenti. Bus pun berhenti. Dearni segera masuk ke dalam mini bus tersebut. Ia duduk tepat di belakang supir bus dekat jendela. Dearni asik mengamati jalan raya yang ramai dikarenakan hari libur.
"Ongkosnya dek?" ucap seorang kenek bus yang memainkan uang receh pada telapak tangannya.
Dearni membuka tas selempang kecil yang berwarna coklat. Merogoh tas tersebut mencari uang lima ribu rupiah. Setelah mendapatinya, ia langsung memberikan uang tersebut pada kenek bus. Dearni menghela napas.
"Tissu.. Tissu.. Masker.. Masker.. " teriak pedagang asongan yang baru saja naik ke dalam bus.
"Tissunya teh.. Atau maskernya?" tawar pedagang tersebut pada Dearni.
"Maskernya satu pak!" ucap Dearni. Pedagang tersebut menarik satu masker sekali pakai dan diberikan kepada Dearni.
"Berapa?"
"Dua ribu dek," ucap pedagang tersebut. "Terima kasih!"
Dearni mengenakan masker yang baru saja ia beli. Udara Jakarta akhir-akhir ini membuatnya menjadi sering batuk, jadi ia harus mengenakan masker. Suara bising bus metromini yang sepi serta suara kenek bus yang berteriak supaya banyak orang yang naik ke dalam busnya terdengar bersahut-sahutan.
Dearni melirik jam dipergelangan tangan kirinya yang menunjukkan pukul sepuluh. Masih terlalu pagi untuk mengunjungi mall di hari libur bagi Dearni sebenarnya, karena di rumah tidak ada orang jadi ia memutuskan pergi ke mall.
Tiba-tiba kenek bus mengetukkan sebuah koin yang ia pegang ke badan bus. Membuat bus berhenti mendadak. Lalu, dari pintu depan bus muncul lah seorang cowok mengenakan seragam seperti pelayanan sebuah cafe yang pernah Dearni kunjungi. Masuk ke dalam bus. Ia pun duduk tepat di samping Dearni, padahal bangku belakang masih kosong. Mata bulat, alis tebal, wajah oval, rambut keren, kulit putih dan hidung mancung yang mungkin bisa dijadikan perosotan. Wajah yang tampak tidak asing bagi Dearni.
'Seperti Kak Mahera,' batin Dearni dalam hati.
Tetapi, pikiran itu segera Dearni tepis. Tidak mungkin Mahera mengenakan baju seperti pelayanan cafe. Dearni kembali mengamati jalanan Kota Jakarta.
"Plaza blok M ya Bang," ucap Dearni.
Tidak lama bus pun melaju lambat dan berhenti. Dearni segera berdiri dan turun dari bus, begitu juga dengan sosok cowok yang duduk di samping Dearni. Ia lebih dahulu turun, kemudian diikuti Dearni.
"Yuk bareng nyebrangnya," ucap cowok tersebut pada Dearni.
Dearni menatap cowok tersebut tidak percaya. Memandang cowok yang baru saja mengajaknya berbicara. Membuat Dearni terdiam tanpa bisa berkata. Cowok tersebut pun menarik lengan Dearni, ketika jalanan tengah sepi dan menyebrang. Tetapi, Dearni masih terdiam.
"Hey, kenapa?" tanya cowok tersebut. Dearni pun terbangun dari lamunannya, ketika cowok tersebut menepuk pundaknya.
'Kak Mahera? Benar ini dia?' Dearni hanya bisa bertanya-tanya dalam hatinya.
"Engga apa-apa kak!" Mahera menganggukkan kepalanya.
Mereka pun kembali berjalan melewati pedagang kaki lima kemudian berjalan melewati lorong kecil dan kembali menyebrang untuk masuk ke dalam mall Plaza Blok M. Langkah mereka pun terpisah ketika memasuki pintu mall.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Luka
Teen FictionFaras Mahera Putra adalah seorang pentolan di SMA Valletta Nusantara. Dia ingin sekali menghancur hidup seorang gadis bernama Dearni. Karena dia atau lebih tepatnya orang tua dari Dearni telah membuatnya terusir dari rumahnya sendiri dan membuatnya...