Selamat membaca buat kamu. Jangan lupa vote dan komen ya. Terima kasih ♡
---
"Kak Maher!" panggil Nadira yang berjalan tergesa-gesa menuju Mahera yang sudah bersiap untuk pergi. Mahera menolehkan kepala melihat adik satu-satunya itu.
"Kakak beneran mau indekos? Kenapa gak tinggal di sini aja? Di sini kan enak ada Kak Fanessia, ada Bunda dan Om Bara," pungkas Nadira.
"Hmm ..."
Mahera mengigit bibir bawah lantas tersenyum melihat Nadira. Tangan kanan Mahera perlahan menepuk pucuk kepala Nadira.
"Kakak sudah besar. Kakak mau belajar mandiri," ucap Mahera.
"Kalau gitu aku juga mau jadi mandiri, kak. Aku mau ikut kakak!"
Mahera menghela napas panjang. Memperhatikan Nadira. Kedua tangan Mahera memegang bahu Nadira. "Kamu tinggal di sini dulu ya? Temenin Kak Fanessia. Dia katanya kesepian, gak ada teman di rumah." Fanessia sedikit mendelik. Mahera terkekeh kecil.
Mahera tersenyum kecil usai mengakatakan hal itu pada Nadira. Terlihat raut wajah kekecewaan dari Nadira. Cowok itu diam-diam merasa bersalah, karena tidak bisa tinggal bersama adik kesayangannya. Mau tidak mau, suka tidak suka ia harus menitipkan Nadira kepada keluarga Fanessia. Sebab, Mahera takut jika hal buruk terjadi lagi pada Nadira.
"Ya udah kakak pamit ya? Kamu yang nurut sama Kak Fanessia," ucap Mahera seraya tersenyum simpul menepuk pucuk kepala Nadira pelan. Nadira mengangguk mengerti.
"Fan gua pamit ya!" Fanessia hanya tersenyum.
Sesudah itu, Mahera segera melajukan motornya pergi ke tempat indekos. Di mana tidak terlalu jauh dari lokasi sekolah. Di sana juga ada Rizky serta Sambara yang akan menemaninya. Mahera merasa tak sabar.
Setelah beberapa menit mengendarai motor matiknya. Akhirnya Mahera sampai di depan pintu indekos. Mahera memarkirkan motor di halaman indekos. Ia segera masuk. Ketika itu suasana indekos sepi tidak ada orang. Mahera lantas langsung melenggang menuju kamarnya berada. Kamar Mahera berada di lantai dua di mana seluruh kamar ada di lantai dua. Sedangkan lantai satu hanya digunakan sebagai dapur serta ruang tamu.
Mahera merogoh saku celana jenis yang ia kenakan. Mencari keberadaan kunci kamar indekos-nya. Saat telah mendapati kunci itu, ia kemudian bergegas membuka pintu. Dengan gerakan cepat Mahera berlari kecil, lalu merebahkan diri di atas kasur yang sudah disediakan oleh pemilik indekos.
Belum beberapa detik Mahera tiduran di atas kasur. Ia pun terhenyak dan bangun dari tidur, mengingat barang bawaan yang belum ia rapi kan. Biar pun Mahera terlihat tidak beraturan bukan berarti ia tidak suka kerapihan. Melihat barang bawaan berupa baju di dalam tas yang belum ia masukkan ke dalam lemari. Mahera menghampiri atasnya berniat segera merapikan baju-baju yang ia bawa ke dalam tas.
Mahera mengeluarkan baju-baju dari tas kopernya dan segera menyusun baju-baju tersebut ke dalam lemari. Sekarang Mahera telah berada di tempat kostsan baru. Satu indekos serta satu kamar dengan Sambara sementara itu Rizky berada di kamar lain. Setelah berhari-hari berpikir karena merasa tidak enak dengan terus-menerus menumpang di rumah Fanessia. Pada akhirnya, Mahera memutuskan untuk indekos. Sebenarnya ia ingin mengontrak lagi, namun Luna tidak mengizin 'kan—mengingat keselamatan Nadira.
Sayup-sayup terdengar suara orang-orang yang bercanda gurau sedang menaiki tangga. Mahera berhenti sejenak melihat keluar pintu di mana teman-temannya sepertinya akan menuju ke kamarnya. Namun, Mahera tak mengubris. Tatapan mata Mahera sekarang berajak dari pintu ia harus segera menyelesaikan merapikan baju-baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Luka
Genç KurguFaras Mahera Putra adalah seorang pentolan di SMA Valletta Nusantara. Dia ingin sekali menghancur hidup seorang gadis bernama Dearni. Karena dia atau lebih tepatnya orang tua dari Dearni telah membuatnya terusir dari rumahnya sendiri dan membuatnya...