Alhamdulillah (6)

192 12 0
                                    

Rencana awal yang telah dirincanakan sedari awal, kini telah ia majukkan atas persetujuan sang suami. Mereka berharap kejutan kecil ini dapat membahagiakan putrinya yang tengah kesulitan beradaptasi dengan sekolah barunya. Namun, bukan senyuman kegembiraan yang mereka dapati. Harapan mereka pun ternyata bertolak belakang, ketika sang buah cinta masuk dan melewati mereka, ia hanya tertunduk memasuki kamar putrinya yang tak banyak berjejer boneka seperti kepunyaan putri keluarga yang berkantong tebal. "Ratna.. kenapa kamu menangis?" Tanya sang ibu khawatir akan putrinya yang termenung melihat angan-angan imajinasi khayalnya, seraya memandang benda yang sedari tadi mereka berdua debatkan.

"Ngak kenapa-kenapa mi." Jawabnya memeluk erat boneka beruang kesayangannya, tanda cinta akan kesucian ikatan batin yang dulu mereka jaga.

Ikatan batin antara seorang ibu dengan anaknya yang terjalin selama sembilan bulan sepuluh hari, terasa tak mungkin untuk dapat dilepaskan dengan berbagai ujuan yang datang silih berganti. "Jangan bohong.. umi tahu kamu sedang sedih." Bujuknya menghampiri tempat tidur putri mereka yang sudah terpisah sejak beranjak sekolah menengah pertamanya.

Ratna sendiri pun tak pernah bisa menyembunyikan rahasia dari orang yang paling berjasa baginya, selain dari sang tulang punggung keluarga. "Ngak kok mi.. cuma tadi mas Imam salah paham terhadap ratna." Jelasnya beranjak memeluk cinta terkasihnya.

"Lho.. kok bisa?"

"Tadikan Ratna pulang dengan mas Tofa, tapi mas Imam yang ngak tahu duduk perkaranya marah karena Ratna pulang dengan lelaki lain." Jawabnya menjelaskan kejadian yang telah ia alami.

"Salah faham to.. Ratna sudah mencoba untuk menjelaskan belum?"

"Sudah mi. Tapi mas Imam malah tanya pada Ratna, kenapa Ratna ninggalin mas Imam di pesantren tanpa kabar. Itulah yang membuat hati Ratna tersayat mi." Jelasnya mengutarakan hal yang tak mampu ia jelaskan kepada kekasihnya secara langsung.

Beliau pun memahami maksud dari putrinya ini. Kejadian di mana ia dan suaminya pertama kali bertemu dengan imam, terasa mampu menggambarkan watak yang terpampang jelas di wajahnya, tak kala mengurus surat pindah putri mereka. "Terus Ratna jelasin ngak, kenapa melakukan hal itu?"

Ratna hanya menggeleng-nggelengkan kepalanya, teringat masa-masa indah yang dulu ia lalui dengan kekasih hatinya. Namun kisah mereka yang harus berakhir dengan suatu cara yang sangat tak ia sukai.

Wajah putrinya yang begitu kehilangan pelita hidup, serasa mengusik sanubari seorang ibu terhadap anaknya. "Ya sudah.. nanti biar umi yang bilang sama Imam." Hiburnya menawarkan sebuah jalan tengah.

"Ngak usah mi."

"Kenapa?"

"Biar rahasia ini di ungkap oleh Alloh sendiri." Ucapnya yang selalu menanamkan sikap khusnudzon kepada Ia yang selalu memberikan hikmah di balik semua cobaan yang menimpanya.

Berbinarlah hati seorang ibu ini, mendapati bidadari kecilnya yang dulu selalu mengeluh manja, kini telah berkembang menjadi sosok wanita yang begitu anggun nan dewasa. "Ya sudah.. sekarang Ratna ganti baju, sholat, terus kita makan siang bersama-sama." Ucapnya yang telah bisa memberhentikan hujan air mata itu.

"Baik mi."

Nadzom-nadzom Cinta Jilid 2 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang