Liontin Cinta (6)

133 8 0
                                    

Rumah Sakit, adalah center medicine bagi setiap orang yang ingin menyembuhkan segala penyakit yang dideritanya. Mulai dari peyakit ringan seperti batuk, pilek, dan panas yang tidak membutuhkan proses lama untuk disembuhkan. Di sisi lain, ada beberapa penyakit berat seperti penyakit-penyakit kronis yang sulit untuk di sembuhkan. Sehingga mengharuskan pasien untuk dirawat inap di tempat ini untuk sekian waktu.

Namun alangkah sedihnya negeri ini, berbagai obat-obatan yang sudah menjamin menunjang kesembuhan seitap pasien. Hanya mampu di nikmati orang-orang yang berkantong tebal. Sedihnya pula, apabila ada pihak yang tak berperi kemanusiaan, menomor duakan rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan. Tak jarang di antara mereka tak di terima untuk menyembuhkan segala penyakit yang telah mereka derita. Alasanya pun bisa berbagai macam. Mulai tak adanya biaya, hingga tak tercatatnya mereka dalam sensus kependudukan untuk mendapatkan jaminan sosial yang terkadang mereka sendiri sering dikibuli tentang bantuan-batuan dari Negara.

Title mereka yang dulu di cap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, terasa begitu naïf. Apabila dengan mudahnya disinkronkan pada orang-orang yang tak berperi kemanusiaan sepeti itu. Namun, itu semua hanya segelintir orang saja yang telah tergila-gila dan menjadi budak dari dunia yang fana ini. Mereka lupa akan tokoh ibnu sina yang menjadi panutan mereka dalam mengemban kode etik sebagai seorang dokter. Seseorang yang di titipi ilmu untuk merawat dan mengobati setiap orang yang tak merasakan nikmatnya kesehatan jasmani.

Sang tabib itu hanya memiliki tiga pasang pakaian yang di gunakan untuk beribadah, kegiatan sehari-hari dan kegiatan untuk melayani pasien yang berobat. Bahkan pernah suatu ketika, beliau menukarkan pakaiannya dengan berbagai bahan meracik obat untuk menolong seseorang yang tengah tergigit bisa ular yang telah menjalar di tubuh. Walaupun beliau mengakui sendiri pada muridnya, bahwa beliau sebelumnya tak mengetahui siapakah lelaki yang telah di tolongnya itu. Beliau berpendapat, tiada seseorang yang tak akan mudah hisaban amal perbuatan mereka, bila mereka dengan sengaja menyembunyikan ilmu yang mereka miliki dan tak mau mengamalkanya.

Di zaman yang modern ini, telah banyak berdiri rumah sakit yang tegerak untuk membatu mensejahterakan setiap masyarakat. Begitu banyak pasien yang datang untuk berobat atau sekedar berkonsultasi tentang penyakit apakah yang ia derita. Dan ada pula beberapa pasien yang tiba-tiba sakit, karena menjadi korban kecelakaan yang bisa terjadi kapan pun dan di mana saja. Perawat yang bertugas sebagai tangan panjang dari dokter, mulai mondar-mandir kesana kemari membawa pasien itu ke ruang UGD. Ruangan yang telah dikhususkan untuk menyiapkan berbagai perlengkapan guna mengatisipasi kejadian-kejadian seperti ini.

Kedatangan ke rumah sakit ini bersama kedua sahabat, serasa begitu berat. Langah kaki yang di susun pun terasa susah untuk digerakan. Namun, dikarenakan keinginan yang mendalam mereka bertiga pun mulai memasuki bangunan megah itu.

Kedatangannya kali ini guna menjenguk seseorang yang sedang terbaring lemah di sini. Kabar yang ia dapati, bahwa pasien ini sudah dirawat semenjak beberapa bulan yang lalu. Membuat mereka lekas pergi ke tempat pusat informasi, untuk menanyakan ruangan yang sedang mereka cari.

Setelah sekian lama mencari, akhirnya mereka pun mendapat lokasi ruangan yang di tuju. Dari kejauhan mereka melihat sosok yang paling di hormatinya, seseorang yang tengah sibuk memfikirkan sesuatu bersama dengan seseorang yang tak mereka kenal. Dengan sedikit merapikan pakaiannya, mereka pun segera mendekat.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Jawab sosok bijaksana tersebut.

Mereka pun segera mencium tangan guru besarnya itu, menandakan mereka selalu memulyakan orang yang terpilih sebagai warisan para anbiya' ini. Dan merekalah yang menjadi paku bumi ini agar Sang Pencipta tak menurunkan adzabNya pada kita. Adzab yang turun dikarenakan kesalahan dan kelalaian kita yang menuruti hawa nafsu, yang selalu memfikirkan perkara yang sementara saja. Bukan perkara yang telah menunggu kita kelak setelah sakarotul maut telah mencekik leher kita, dimana rasa sakit itu lebih menyakitkan dibandingkan dikuliti hidup-hidup.

Nadzom-nadzom Cinta Jilid 2 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang