Siapa Dia (1)

195 8 0
                                    

Di tempat semua remaja berkumpul untuk menunaikan kewajiban mereka sebagai generasi penerus bangsa, terdapalah seseorang yang teru teringat dengan kalimat mematikan yang membuatnya tak bisa menahan deraian air mata. Sampai sekarang, ia masih tak pernah bisa berfikir tentang alasan apakah yang membuat orang yang di cintainya bisa ragu tentang ketulusan cintanya. Bahkan ia merasa, ada suatu keanehan yang nyata. Mungkinkah seseorang yang telah saling memiliki satu sama lain, wajar melupakan semua kenangan indah yang telah terbuat. Hanya untuk meluapkan rasa atas kesalahan kecil yang telah ia perbuat?

Di saat waktu pelajaran yang tengah berlangsung pun, ia hanya bisa mengingat-ingat dan membayangkan kejadian apakah yang akan ia hadapi tak kala sampai di depan pintu gerbang rumahnya nanti. Jawaban atas alasan kepergiannya yang begitu ia rahasiakan, yang sebenarnya adalah agar dapat menjaga perasaan seseorang. Seorang insan yang ia fikir, jauh lebih pantas untuk kekasihnya. Karena sebuah kufu', derajat yang sama antara keduanya. Ia hanya ingin agar tiada cobaan lagi yang akan kekasihnya alami seperti cobaannya dulu. Sejatinya, ia hanya memfikirkan untuk kebaikan sang kekasih seorang. namun ternyata, alasan itu kini menjadi duri dalam hati bagi sang kekasih, yang salah mengartikan maksud tersirat yang ia sampaikan dalam surat terakhirnya.

"Ratna!!!" Bentak ibu guru muda tersebut. Yang melihat tiada satu penjelasannya yang masuk dalam benak murid terpintarnya.

"Iya bu."

"Dari tadi kerjaan kamu melamun saja." Bentak ibu guru yang sudah tak kuasa menahan emosi dengan perlakuan anak didiknya. "Sekarang kamu keluar. Berdiri dengan satu kaki dan bentangkan kedua tanganmu!!!" Perintah guru itu seraya menunjukkan jarinya keluar ruangan.

Hukuman itu pun hanya di laksanakannya tanpa memprotes atas timbal balik yang ia dapat dari kesalahannya ini. Di sisi lain, orang-orang yang selalu memperhatikannya mulai mempertanyakan atas perubahan sikap sang juara satu yang begitu mendadak.

Kenapakah dengan Ratna?

Mengapa dia tidak seperti biasanya?

Itulah beberapa kalimat yang terpancar dari beberapa mata yang begitu aneh dengan tingkah laku juara kelas mereka, dan seseorang yang mereka anggap sebagai sosok yang begitu ramah di sertai dengan akhlak yang begitu mendukungnya untuk menjadi wanita yang begitu indah.

Sementara itu, di luar kelas. Fikirannya telah terbang jauh meninggalkan raga yang begitu kaku di bangunan sekolahnya. Terbang dengan berjuta pertanyaan kepada kekasih, terasa menjadi teman yang selalu menemaninya hingga menembus langit pertama. Mencari penjelasan masuk akal atas perubahan sang kekasih.

Krrriingggggg....

Bel istirahat yang berbunyi begitu lantang, seakan tak tertangkap oleh sepasang telinga ratna. Guru yang sedari tadi mengawasi dari dalam kelas, mulai merasa khawatir dengan perubahan yang terjadi pada salah satu anak yang ia sayangi. "Ratna." Ucap ibu guru itu dengan lembut seolah menyentuh benda yang begitu rapuh. "Hukumannya sudah selesai." Tambahnya seraya menyadarkan muridnya ini dari lamunan panjangnya. Ratna terasa tidak mengiyakan perkataan guru yang mendatanginya dari depan. Fikirannya masih terbang jauh meninggalkan tubuhnya yang kaku seperti totem yang di ukir membentuk sebuah hewan.

"Ratna." Ulangnya menggoyangkan tubuh siswinya ini.

"Ibu.." Jawabnya kaget melihat gurunya telah ada di sampingnya.

"Lebih baik kamu pulang."

"Tapi bu.."

Seorang guru yang telah mampu melihat ke dalam hati sang murid didiknya, haruslah begitu peka dengan setiap gerak-gerik yang terpancarkan. "Sudahlah.. Kondisi kamu sekarang sedang tidak fit untuk belajar." Tutur lembut sang guru meyakinkan murid berbakat dikelas ini, tentang kondisinya yang sebenarnya.

"Baiklah bu."

Nadzom-nadzom Cinta Jilid 2 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang