"Sejujurnya... Aku masih sangat mencintai mas Imam juga. Setiap hari aku selalu memfikirkannya, berdoa agar ia kembali padaku dan agar ia mau menerima cintaku ini." Ucapnya perlahan dengan tatapan yang syahdu nan menenangkan itu.
Belaian tangannya yang sedari mencoba menenangkan isak tangis seseorang yang ada di kursi roda ini pun membuahkan hasil. "Kamu taukan hasilnya apa, rat?" Tanyanya seraya melihat wanita yang kini berani beradu pandangan dengannya. "Imam lebih memilihmu dengan pergi menyusulmu."
"Tapi ning, selama di tempatku. Setelah kejadian penikaman itu. Ia slalu bermimpi dan membayangkan njenengan, ning."
Desiran hebat itu pun dengan cepat menjalar keseluruh tubuhnya. Bereaksi atas pernyataan itu. "Mungkin mas Imam hanya merasa bersalah padaku." Ujarnya membatasi angan-angannya. "Buktinya, sampai sekarang ia belum pernah kesini menemuiku." Sambungnya tersenyum tipis.
"Tapi ning. Perasaan ning yang mencintai mas imam pasti..."
"Sudah-sudah... aku tak ingin terjebak dalam cinta yang tak terbalas. Sekarang, aku sudah memiliki mas Lutfi sebagai calon imamku. Walau membutuhkan seribu tahun, aku akan tetap mencoba melupakan mas Imam dan belajar untuk mencintai tunanganku rat." Jelasnya yakin atas keputusan yang telah ia buat setelah merenung begitu lama.
Sementara itu, ia hanya terdiam binggung tak tahu mau berkata apa. Ia masih belum bisa memutuskan, apakah senang ataukah sedih yang kini ia rasakan. Semuanya kini tengah bercampur aduk tak menentu.
Dengan penuh kepercayaan yang ia punya, dan berharap suatu kebaikan akan di dapatnya. Ia pun mulai menceritakan kejadian dari awal sang pujaan hati yang terkena musibah kala itu. Sampai saat salah faham yang berujung kepedihan ini. Dan pada akhirnya dengan tekatnya, ingin mendapatkan kembali cintanya.
"Mungkin sekarang, mas Imam lagi membutuhkan waktu untuk sendiri." Hiburnya. "Jangan lupa, kesendirian itu membawa ketenangan." Sambungnya seraya menyemangati kawan seperjuangannya ini.
"Lantas, apa yang harus aku lakukan?"
"Cinta itu akan datang dengan penuh kebahagiaan dan keikhlasan. Tak ada paksaan atau pun perintah yang menyuruhnya. Nantilah ia dalam doa dan kesungguhan cintamu. Pasti ia akan datang untuk membalas cintamu... rat." Jawabnya yang membuat hati wanita ini begitu tersentuh, karena kedalaman makna yang ia dapat.
Tetesan kebahagiaan atas kerisauan hatinya kini telah terbayar sudah oleh petuah-petuah mulia yang ia dapatkan dari awal kenekatannya melakukan hal ini. "Terima kasih ning..." Ucapnya seraya mencoba memeluk seseorang yang telah memberinya cahaya penerangan yang tengah ia butuhkan. Dan seseorang yang menuntunnya kepada jalan yang telah di gariskan oleh robbnya. Yaitu tawakal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadzom-nadzom Cinta Jilid 2 [Completed]
SpiritualContact: via WA only: 085224018565 Kehidupan kota Jakarta yang begitu berbeda dengan kehidupan pedesaan, banyak membuat anak-anak mudanya berkembang menjadi momok yang menyeramkan. Namun di antara itu semua, terseliplah seorang wanita cantik yang ma...