Ujian Nasional (3)

97 5 0
                                    

Jika kau lihat burung berkicau dengan senangnya. Jika kau lihat bayi hewan yang tengah bermain dengan riangnya. Itu semua tak dapat menandingi sebuah kebahagiaan yang tengah di dapati kedua insan ini. Hari-hari berat yang telah terlawati bersama atas dasar keikhlasan, membuat hari indah ini akan terus berjalan dengan penuh ke cintaan.

"Alhamdulillah habis." Ucapnya selesai menyuapi sang kekasih hati, sambil tersenyum bahagia atas ke berhasilannya.

Wajah yang dulu tengah dalam kesedihan yang begitu mendalam, yang begitu terluka. Kini mulai menampakkan cahaya keindahannya. Semangat yang tengah tertiup kencang oleh badai kesedihan. Kini telah kembali berkobar tak kala memperoleh cahaya baru yang lebih baik. Dengan hadirnya perlahan, badai kesedihan itu pun semakin melemahkan terjangannya. "Terima kasih mas." Jawabnya sambil meminum air yang ada di tangannya.

Terpancarlah senyum kemenangan di wajahnya. Usaha sekian lama telah ia perjuangkan tanpa mengenal kata putus asa. Akhirnya membuahkan hasil yang begitu manis. "Sebulan lagi kan mau ujian, Ulya sudah siap?" Tanyanya yang di jawab dengan gelengan kepala yang begitu pelan. "Ya sudah... sekarang Ulya belajar sama mas ya.." Ujarnya seraya tersenyum ramah. "Mau gak?" Tawarnya lagi.

"Apa bisa?"

"Wah... ngejek ya?"

Begitu indah dunianya sekarang. Rasanya, ia tengah menari-nari penuh ke bahagiaan yang begitu agung nan indahnya. Luka yang dulu ia derita, kini terasa takkan membunuhnya. Walaupun batuk ini selalu saja mengiringi setiap deraian nafas perlahannya. Namun ia mencoba untuk tetap tersenyum melihat sosok pangeran yang telah menyelamatkannya dari lembah keterpurukan. Pangeran yang begitu setia menuntunnya dari sebuah lubang kesakitan yang begitu dalam nan curam.

Kini lembaran kehidupan baru telah mereka mulai dengan tinta emas yang menyilaukan mata. Kenangan masa lalu mulai mereka lupakan tergerus goretan kisah baru yang tengah mereka rajut. Dan hanya harapan masa depanlah yang mereka bentangkan untuk di raih dan di cita-citakan.

Canda dan tawa yang selalu menghiasi, telah terasa dan membahagiakan kedua sosok insan yang tengah mengawasi mereka dari balik ruang tunggu. Senyum kebahagiaan yang begitu merekah, serta hati yang selalu saja mengucap puji syukur atas nikmat ini. Pada akhirnya, mereka menganggap bahwa putri mereka ini telah mampu melupakan kisah masa lalunya yang begitu kelam.

"Nih... untuk permulaan, mas bawakan buku bahasa Indonesia." Tegurnya memberikan buku pelajaran kepada calon makmumnya yang begitu ia cintai.

Senyuman yang merekah itu pun mengiringi langkah-langkah kebahagiaan yang dulu pernah hilang dari hidupnya.

Ukh...ukh...

Muncullah sesuatu yang tak pernah ia sangka dalam perjalan hidupnya ini. Hanya dengan tangan kirinya, ia mencoba menutupi apa yang tengah ada di tangan kirinya. Beruntungnya ia, orang yang membuat hidup baru untuknya sedang pergi ke kamar kecil meninggalkannya sendirian dalam ruang perawatan ini. Dengan tergesa-gesa, ia mengambil tisu yang ada di sampingnya dan membersihkan cairan merah pekat yang ada di tangannya juga, bekas sisa di mulutnya.

"Maaf ya... nah ayo sekarang kita mulai belajarnya."

Nadzom-nadzom Cinta Jilid 2 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang