Surat Kenangan (4)

106 8 0
                                    

Inikah yang di sebut cinta tak harus memiliki?

Setiap detik, ia selalu memikirkan nasehat-asehat yang telah membuka jalan fikirnya yang sedari dulu telah buntu. Seluruh hidupnya selama ini, telah ia korbankan untuk suatu harapan semu yag tak kunjung ia temukan. Di padang gurun cinta yang begitu luas dan gersang, perhatian yang dulu ia kucurkan untuk dapatkan hati lelaki yang di cintainya. Tapi, telah datang padanya bahwa lelaki yang di harapkannya ini, tak kunjung menampakkan batang hidungnya untuk membalas rasa cintanya yang begitu mendalam.

Jika kamu benar-benar mencintainya, lepaskanlah ia.

Karena kau tahu, ia telah memiliki kebahagiaan lain.

Dan katakanlah pada dirimu...

"Aku mencintaimu. Dan ku lebih pentingkan kebahagiaanmu. Karena aku tahu, jika engkau tersenyum, aku akan ikut tersenyum untuk kebahagiaanmu..."

Itulah kalimat yag selalu terngiang-ngiang dalam estafet saraf di kepalanya. Kata-kata yang mengambarkan ketulusan cinta yang jarang di miliki insan yang berjalan di muka bumi. Pada akhirnya, ia mulai mencoba menerima kehadiran lelaki ini sebagai temannya. Karena seberapa keras pun ia mencoba melupakan lelaki yang begitu ia sayangi, bayangannya malah terus menghantui setiap angannya.

Setiap perhatian dari tunangannya, kini mulai ia jawab dengan senyum tipis di wajahnya. Perasaan ingin melupakan sang pujaan, kini mulai mulai terjawab. Ladang gersang hatinya, mulai tumbuh benih-benih baru untuk obati rasa itu.

"Sekarang Ulya maunya apa?"

Raut muka yang dulu selalu direndungi awan hitam, kini telah menampakkan cahaya suci dari sang Dewi bulan. "Baca cerita." Jawabnya tersenyum lepas.

Kenapa sedari dulu ia tidak pernah berfikir seperti ini. Kini telah hadir sosok yang indah di depannya, sebagai sosok yang mampu menuntun dan membimbingnya untuk mendapatkan ridhoNya. Dalam benaknya ia berharap, lelaki baik inilah calon imam yang telah digariskan oleh Sang Kholik untuknya dan untuk anak-anaknya kelak.

Alangkah gembiranya kedua orang tua pasien ini. Kini putrinya dapat tersenyum kembali setelah sekian lama senyuman itu hilang dari wajahnya. Harapan hidup pun mulai tumbuh kembali seiring dengan gairah hidup yang telah meningkat drastic atas jasa menantunya ini. Bayang-bayang penyakit ganas yang ada pada tubuh putrinya, kini sirna tertelan senyuman yang telah lama mereka rindukan.

Puji syukur pun tak henti-hentinya mereka ucapkan untuk Sang Kuasa atas keajaiban yang datang menjawab doa-doa mereka. Dan berkat kehadiran sosok putra dari teman seperjuangannya di pesantren dulu. Kini keadaan permatanya berangsur-angsur membaik.

Memang tidak salah pilihanku...

Nadzom-nadzom Cinta Jilid 2 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang