Ketenangan hati yang dulu terasa hilang dari benaknya, kini mulai dapat ia temukan kembali dalam kehangatan rumah yang telah membesarkannya dengan lingkungan kental dengan kesederhanaan dan kekeharmonisan ini. Memang tiada yang lebih berharga dibandingkan dengan keluarga, bahkan harta dan tahta pun terasa bukan menjadi faktor utama untuk menjadikan rumah menjadi surga kecil di dunia. Karena sejatinya bukanlah masalah hal itu semua, melainkan surga dunia itu dapat tercipta dari kerelaan dan pengertian dari semua anggota keluarga. Sehingga akan memunculkan nuansa yang begitu sakinah, mawadah, dan rohmah.
Di sisi lain, keinginannya yang dapat terpenuhi untuk melihat sang ibu, ternyata menjadi obat tersendiri yang mampu menghapus lukanya yang telah tergores semakin dalam dengan beriringnya waktu. Mengais kehangatan sang ibu lewat cerita-cerita dan mimpi yang ia dapati, terasa menjadi pembalut hati akan meluapnya kerinduan ini. Tanpa ia sadari, lelehan cairan hangat ini telah membentuk sungai kecil diwajahnya.
Saat sore menjelang malam ini, adzan maghrib telah berkumandang menggema hingga membuyarkan pandangan ayam yang telah mulai tak dapat melihat. Namun masih tetap mampu melihat setiap datangnya malaikat rohmat di dekatnya, terlebih saat qiyamul lail. Tandanya adalah dengan kokokan ayam jantan disetiap waktunya. Uniknya, kokokan itu akan semakin mengema disetiap sepertiga akhir setiap malam. Menandakan bahwa banyak malaikat yang turun untuk menunaikan tugasnya kepada setiap manusia yang terbangun dan bermunajat kepada Sang Maha Hidup.
Langkah kakinya pun segera ia langkahkan ke arah sumber suara yang menggema ke berbagai penjuru mata angin. Abah yang telah mendahuluinya, terasa menjadi pendorongnya untuk segera menyusul untuk menjadi ma'mum pada shaf yang pertama. Dan niatnya pun bertambah dengan keinginannya mencari udara segar, yang tak ia dapati di dalam ndalem yang hanya di temani televisi ukuran dua puluh inc.
Pandangannya pun mulai merambah hijaunya pedesaan yang sungguh berbeda dengan nuansa kota yang telah ia laluli beberapa pekan yang lalu. Sekilas, ia melihat seorang santriwati yang sedang sibuk dengan kedua tangannya. Sehingga banyak barang yang belum dapat diangkut oleh kedua tangannya. Kesepuluh jemari lentiknya terasa berteriak kekrepotan membawa banyak tumpukan kain batik yang masih tergulung rapi di ayunannya. Letak rumah batik yang berada di depan kanan ndalem, agar memudahkan abahnya mengawasi santrinya yang bercampur aduk antara dua insan yang belum halal ini agar tak melakukan hal yang sudah di atur dalam agama. Dan satu alasan lain yang selalu di tegaskan oleh abahnya untuk mendapatkan ketertarikan tamu yang hendak sowan pada beliau, untuk sekedar melihat kreasi anak pondok yang terkadang sedikit di remehkan.
Rasa iba dan tak tega, ia pun bergegas mendekat ke santriwati yang sedang sibuk sendiri itu. "Biar saya bantu mba." Tawarnya menyongsong kain yang telah luput untuk di bawa sosok jamilah ini.
Kesibukannya ini telah membuat ia luput atas kedatangan seseorang di belakangnya sebelum suaranya mengagetkannya. "Gak usah kang." Jawab santriwati tersebut membalikkan badannya tuk melihat sosok yang datang menghampirinya.
"Nurul."
"Mas.. mas Imam." Jawab santriwati itu dengan suara terbata-bata seolah bertemu dengan sang guru besar. Selang beberapa detik pandangan ke dua insan ini saling berpadu tuk menyelam dalam lautan surga yang belum terjamah oleh seorang manusia.
Sesaat, mereka berdua bagai itik kepanasan yang salah tingkah dengan apa yang baru saja mereka alami. "Kok sendirian? mana yang lain?" Tanyanya membuyarkan nuansa senyap yang berhias fajar magrib.
"Eemm.. yang lain lagi di suruh abah untuk ke ndalem. Katanya akan ada tamu." Jelasnya menarik pandangan menghadap ketanah menutupi rona wajah yang tak di mengertinya.
Sudah menjadi hal yang lumrah atau bakal hal yang biasa seorang kyai di datangangi oleh tamu-tamu yang berdatangan dari pelosok negeri. Mereka sowan untuk sekedar meminta barokah do'a atau meminta restu atas usaha mereka dalam berbagai usaha, dari yang usaha kecil-kecilan, hingga usaha pencalonan legislative pun tak luput atas rutinan sowan ini.
"Eem.. ya sudah.. aku bantu yah.." Tawarnya semangat.
"Ngak usah mas, takut ngrepotin." Ujarnya mencoba menolak bantuan dari anak guru yang begitu di hormatinya ini.
Entah mengapa degup hati ini terasa gugup saat berada di dekat gus semata wayang pesantren ini. Ucapannya yang terbata-bata seolah menjadi magnet penarik bagi lelaki ini untuk merasa kasihan atas kondisinya yang juga ia akui begitu sibuk. Semua rencana yang ada di pikirannya tuk melabrak teman sepengurusan rumah batik ini dengan seribu macam cercaan yang telah ia tumpuk dengan begitu membaranya, kini tak terasa menghilang bagai debu yang lenyap tertiup angin. Dan pekerjaan yang tersisa tuk membersihkan cating dan malem batik serta tungku perapian mini, dilakukannya tak sedemikian rapi seperti biasanya.
Menangkap pemandangan itu, imam merasa begitu geli dengan sikap seorang teman masa kanak-kanaknya yang pernah menghabiskan waktunya bersama dengannya ini. "Ada apa kamu rul?"
"Eem.. mboten nopo-nopo mas.."
"Eemm.. kok salting.. gerogi yaaa.."
Sekejap wajah ayu ini pun bermetamorfosis menjadi merah padam bagai buah strawberry yang telah ranum tuk di panen. Tak di pungkirinya dalam lubuk hati, ia sangat malu dengan sindiran ringan dari lelaki didepannya ini. Terkesan menusuk kembali dalam lubuk hati. Dan tanpa sengaja tangannya menyentuh tangan yang akan sama-sama mengambil gunting di atas meja.
Untuk kedua kalinya, pandangan mereka kembali beradu dalam jarak yang lebih dekat dari yang sebelumnya. "Maaf mas.." Ucapnya kaget sembari menarik tangan segera, untuk menjauh dari belaian tangan yang bukan murim ini.
"Biasa saja.. ayo lanjutkan beres-beresnya, keburu iqomah nanti." Ujarnya menganggap tidak terjadi apa-apa dengan pandangan sekejap yang akan membuat hatinya begitu belajar tentang sesuatu yang berharga, yang telah ia miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadzom-nadzom Cinta Jilid 2 [Completed]
SpiritualContact: via WA only: 085224018565 Kehidupan kota Jakarta yang begitu berbeda dengan kehidupan pedesaan, banyak membuat anak-anak mudanya berkembang menjadi momok yang menyeramkan. Namun di antara itu semua, terseliplah seorang wanita cantik yang ma...