"Wi..."
Dengan langkah terbata-bata, ia pun segera menuju ke sahabat satu-satunya yang ia miliki. Segera, ia memeluk sahabatnya ini dengan begitu erat. Sebagai pelampiasan rasa di dada yang begitu bergemuruh, menciptakan angin tornado yang tercipta dari perbedaan suhu angin darat dan angin langit. Hingga membentuk lorong-lorong angin puting beliung yang berjumlah begitu banyaknya.
Banyak negara di dunia ini yang telah di jelajahi oleh angin hitam yang berputar lebih dari seribu kali permenit ini. Namun, telah menjadi kodratnya. Jika ia hanya mampu menjangkau daerah tropis dan subtropis saja.
"Ada apa rul?"
Dalam pelukan sahabatnya ini, hati yang sedari tadi mencari tempat tuk bersandar. Kini telah mampu untuk menenangkan dirinya, walaupun harus ia bayar mahal dengan pecahnya bendungan air mata. Kekokohan yang sedari awal sudah susah payah ia bendung di tempat kejadian singkat nan menggores hati itu. "Ternyata, penantianku ini sia-sia... ketulusan dan kesetiaanku menunggunya, malah berujung pahit seperti ini..." Ucapnya seraya memeluk sahabatnya ini lebih erat. "Entah mengapa mas Imam begitu tega? Apa aku kurang setia padanya? Apakah janjinya dulu hanya permainannya?" Keluhnya pada angin semilir yang mengingatkannya pada sosok yang telah berhasil merebut hatinya itu. "Wi... ternyata mas Imam sudah punya pacar lagi."
"Hah..."
Bagai batu yang tak bisa menembus dinding, ungkapan tepat yang ia fikirkan mewakili ke tidak percayaan pada perkataan sahabatnya ini. Padahal ia telah menjadi saksi waktu sore hari yang begitu sejuk. Dua sejoli yang saling beradu cinta lewat tatapan mata, mengutarakan janji setia tuk menyatukan kembali cinta mereka. Sebelum berangkat ia tahu lelaki itu sudah berjanji kepada sahabatnya ini, akan setia dan meminta sahabatnya untuk menunggu kembali dari tholabul'ilmi di kota seberang. "Sudah-sudah rul..." Ucapnya menenangkan sahabatnya ini. "Jadi siapa nama pacarnya, rul?" Tanyanya penasaran.
"Itu tamunya abah yang dari kemarin disini." Tuturnya bersedih memberikan seluruh identitas yang ia tahu. Keterangan tentang perempuan yang telah berhasil merebut cinta dari sang kekasih.
"Kok kamu bisa tahu, kalau dia telah jadian sama Imam?"
"Lha wong tadi aku yang menjadi tempat curhatnya." Jawabnya singkat tak kuasa menahan rasa cemburu yang telah membakan setiap hemoglobin, yang mengalir di dalam denyut nadinya. "Dan mas Imam telah memberikan liontin yang fotonya bersanding dengan wanita itu." Sambungnya.
Ia pun mulai memahami dan mengasihi keadaan yang telah menjerumuskan sahabatnya. Padahal dulu, sebelum kejadian ini terjadi. Hari-harinya selalu ceria tanpa ada setitik kesedihan pun yang menghampiri. Ia selalu bersemangat mengerjakan setiap hal yang telah menjadi tanggung jawabnya. Mulai dari kegiatan ndalem, diniyah, sekolah dan rumah batik. Semuanya ia lakukan dengan senang hati. Bahkan berkat dirinya lah, rumah batik yang dulunya hanya sebuah kegiatan iseng. Kini berubah menjadi lahan industry perekonomian pesantren yang telah merambah daerah-daerah luar sekitar kota batik ini.
Memang sudah sejak awal masuk MTs, mereka berdua sudah menjadi teman akrab. Awal dari mereka sekamar, hingga ruang kelas yang sama dan kecocokan yang hinggap di antara mereka. Membuat mereka menjalin tali persahabatan yang begitu kuatnya. Akhirnya, Keakraban mereka bertambah. Ketika gus mereka mulai mendekati sahabatnya dan meminta bantuan darinya untuk menjadi makcomblang mereka. "Mungkin Imam khilaf rul." Jawabnya sekenanya.
Dengan tatapan yang telah membasahi pipi, ia pun melihat sahabatnya ini dalam-dalam. Mencoba mengorek info yang mungkin belum ia tahu. "Masa?" Ujarnya tak mempercayai perkataan sahabatnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadzom-nadzom Cinta Jilid 2 [Completed]
SpirituellesContact: via WA only: 085224018565 Kehidupan kota Jakarta yang begitu berbeda dengan kehidupan pedesaan, banyak membuat anak-anak mudanya berkembang menjadi momok yang menyeramkan. Namun di antara itu semua, terseliplah seorang wanita cantik yang ma...