Wisuda Sekolah (3)

99 4 0
                                    

Akhirnya, hari yang begitu membahagiakan bagi seluruh siswa siswi seluruh tanah air ini pun datang. Segera, mereka menghadirkan berbagai macam pertunjukkan menarik. Agar kado terakhir mereka untuk sekolah dapat menjadi kenangan indah yang mereka torehkan.

Namun, nuansa yang berbeda tengah di rasakan oleh santri-santri Nurul Jannah. Tidak terlihat pesta atau pun perayaan yang mereka lakukan untuk merayakan ke lulusan mereka. Cuma syukuran kecil-kecilan yang mereka lakukan sebagai tanda kelulusan mereka. Rasa kehilangan putri cantik ini pun masih dirasakan berat oleh mereka. Acara wisuda yang telah mereka rencanakan. Akhirnya mereka undur dengan alasan menghormati seratus hati meninggalnya ning ulya.

Tetapi atas kebijaksanaan abah Rosyid, selaku pengasuh dan kepala sekolah. Akhirnya acara wisuda itu pun dapat di laksanakan sesuai dengan rencana awal. Walau pun masih terlihat jelas wajah kesedihan yang tergambar di mimik mukanya, tak kala menghadiri pagelaran rutinan yang hadir dalam tiap tahunnya. Menurut beliau, kebahagiaan santrinya adalah hal yang harus ia prioritaskan. Seperti harapan yang telah di lukiskan oleh al-marhumah putri mereka yang ikut lulus dalam ujian nasional yang lalu.

Ketika acara berlangsung. Dengan wibawanya beliau menaiki mimbar podium yang telah disediakan. Rasa kehilangan yang ia rasakan, ia buang jauh-jauh dari acara itu. Dan sebagai seorang yang memimpin lembaga ini, beliau dengan tegapnya mengutarakan kebahgiaan dan kata sambutan yang begitu menancap di hati.

Di sisi lain panggung, ia yang masih merasa begitu larut dalam kepiluannya. Ia hanya bisa termenung dan memandang kosong tak tahu apa yang ia lakukan. Sepi dalam lamunan, ia merasa duniaini telah menjadi hitam tanpa ada secerca cahaya pun yang tampak untuk menyinarinya kembali.

Getaran handpone pun mulai mengusiknya. Terdapat nama yang tertera dalam panggilan itu.

Nurul

Ada apa gerangan dia menghubunginya. Terselip rasa penasaran di hatinya untuk mencari tahu kebutuhan apa yang harus ia penuhi lagi. Namun, dirinya terasa berat untuk mengangkat panggilan itu.

***

Nomor yang anda tuju sedang sibuk

Terseliplah rasa khawatir di hatinya, akan kondisi seseorang yang begitu ia cintai. Entah mengapa hari ini ia terasa begitu khawatir dan gusar akan sesuatu. Rasa akan kehilangan lelaki yang sangat ia cintai, kini menyerbak kembali di dalam hatinya. Dengan mencoba mengirim pesan, ia berharap ini sudah menjadi obat penawar dari rasa rindunya.

"Rul.."

"Kenapa wi?" Tanyanya yang kaget melihat wajah sang sahabat yang begitu terlihat lelah ini.

"Masih ada lima pengiriman lagi. Tolong siapkan untuk pengiriman selanjutnya." pintanya sibuk mengangkat kotak pengiriman yang isinya adalah bahan mentah batik yang tinggal di jahit untuk bisa di jadikan pakaian kualitas terbaik.

"Siap.. tapi wi, kamu tidak istirahat dulu?" Tanyanya memperhatikan kondisi sahabat yang terlihat begitu memaksakan dirinya. Hingga peluh yang keluar pun lupa ia seka, karena tak terfikir untuk membersihkannya.

Dengan semangat yang membara karena jarang sekali, kain batik mereka terjual laris. Membuatnya berfikir untuk tidak mengecewakan pelanggannya yang telah minta di kirim secara langsung. "Tidak apa-apa, sekarang kepuasan pelanggan harus kita utamakan." Jelasnya mengelora.

Dengan sedikit khawatir. Ia pun segera melepas kepergian sang sahabat menuju tempat pelanggan dengan sepeda motor investasi rumah batik. Agar tidak merepotkan sahabatnya, ia pun meletakkan handphonenya dan bersegera mempersiapkan semua batik yang akan dikirimkan.

Nadzom-nadzom Cinta Jilid 2 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang