To: M. Imam As-Syafi
Bismillahirrohmannirrohim
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Kau datang tak kala sepi
Tuk kembali terangi hati
Yang sekian lama telah mati
Agar dapat mekar kembali
Oh.. pangeran lubuk hatiku
Bangunkanku dari mimpiku
Tuk bawaku dalam kerajaanmu
agarku jadi permaisurimu
Kasih dalam mimpiku
Bawalahku terbang bersamamu
Tuk sampai langit ke tujuh
Agar kita selalu bersatu
Mas Imam gimana kabarnya? Lukanya sudah sembuh kan mas? Mas Imam mau berangkat ke pesantrennya kapan? Nurul boleh ikut ngak? Nurul pengin sekolah bareng sama mas Imam.
Nurul ngak mau kehilangan mas Imam lagi. Nurul selalu sholat tahajut dan berdo'a agar mas Imam cepat di pertemukan kembali dengan Nurul. Nurul kangen dan rindu selalu dengan mas Imam. Nurul ingin menjadi pendamping hidup mas Imam untuk selamanya.
Udah dulu ya mas..
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Yang Menantimu
Nurul Mahmudah
"Lho leh.. kenapa surat ini dikembalikan padaku?" Tanyanya bingung mendapati secarik surat yang kemarin ia titipkan untuk seseorang yang ia sayang. Kini malah berada di depannya kembali lengkap dengan amplop pembawanya.
"Itu permintaan Imam sendiri."
Lunglailah ia, tertunduk lemas mendengar penuturan si kurir. Entah mengapa semenjak berada di pesantren baru, sikap pujaan hati yang dulu masih sering mengirim surat untuknya. Surat yang walau datang seminggu sekali, serasa menjadi obat pelipur rindu yang selalu memuncak. Memang awalnya begitu indah, tetapi ia mulai berubah semenjak naik kelas dua. Balasan surat yang selalu dinanti, terasa jarang untuk dibalas. Pada akhirnya, surat terakhir yang ia dapati menjadi penjelas yang begitu menggores hati.
Dan kesimpulan cepat atas kejadian ini, terasa membuatnya mengingat kembali surat terakhir yang berisi untuk memutuskan hubungan dengannya. Serasa mengulang kembali lembaran masa lalu, yang begitu menyesakkan dada. Namun, karena rasa sayang yang begitu besar pada sang putra dari guru besarnya, ia lebih memilih menanti kembali cinta yang di yakini hanya pergi untuk beberapa saat saja.
Suara kegembiraan pun mengembang di wajah lelaki yang begitu lucu dengan tahi lalat di pipi yang ikut naik mengikuti raut wajah yang mengembang. Hal ini dikarenakan ia melihat seseorang didepannya tengah kesusahan. Bagai seseorang yang tengah tersesat tak tahu arah, di suatu daerah yang terpencil.
"Apanya yang lucu leh?"
"Bercanda-bercanda.. Ini surat dari Imam." Jawabnya memperlihatkan surat yang sengaja ia simpan di saku celana rompengnya.
"Mana?"
Ia pun segera menggerakkan tangannya tuk menyambar masa depan cinta yang begitu ia agungkan. Semangat yang ia rasakan, hingga membuat tubuhnya memanas. Membuat apa yang dirasakan dapat terlihat walau hanya lewat raut wajahnya.
"Eit.. Nanti dulu.." Tegurnya seraya mengundurkan surat yang di pegangnya dari tangan lincah santriwati ini. "Taukan maksudku?" Sambungnya sambil menggerakkan kedua alisnya naik turun.
"Ohh.. itu.. siap.." Jawabnya seraya menghormati orang yang ada di depannya seperti saat upacara bendera di setiap sekolah di seluruh wilayah nusantara ini. "Salam kangen untuk Dewi siap di sampaikan." Sambungnya sedari kembali mencoba mengambil surat itu.
Tapi..
Tangannya berhasil mengelak dari sergapan tangan yang sudah seperti kesurupan. "Di tambah salam I Miss You ya.." Pintanya cengengesan.
"Iya.. Iya.." Jawabnya sambil mencoba merebut surat itu.
Kembali tangannya berhasil mengelak dari sergapan tangan yang sudah kehabisan kesabaran itu. "Em.. tambah I Need You ya.." Ujarnya seraya mengerutkan kening mengingat perkataan romantis yang diajari oleh teman-temannya.
"Uuuhhh... iya iya kang Soleh ganteng.. cakep.. calon pacarnya Dewi..." Gerutunya yang sudah tak sabar dengan sikap lelaki plin plan ini.
"Ok.. tugas komandan sudah selesai.. bay.. bay.." Ujarnya meninggalkan ruang kelas putri yang terpisah dengan ruang kelas putra.
To: Nurul Mahmudah
Bismillahirrohmannirrohim
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Cahaya pagi kan segera pergi
Pergi mancari Ridho Ilahi
Agar bisa mendapatkan mimpi
Dari harapan yang tersembunyi
Wahai sang bidadari surga..
Sabarlah di pelataran cinta
Agar tiada terjalin dusta
Antara rasa yang suka
Engkau wanita idola
Jangan engkau hinakan rasa cinta
Dengan nafsu dunia belaka
Agar kita abadi di firdaus sana
Alhamdulillah keadaanku sehat wal 'afiat tanpa kekurangan satu apapun...
Ketika yang membaca ini telah mulai mengerakkan mata untuk mengetahui isi surat ini. Diri ini telah sampai di tempat jauh, di dalam rumah yang ku sebut penjara suci. Tiada salam perpisahan kan ku ucapkan, karena kita tidak di takdirkan untuk berpisah. Namun, hanya menjaga jarak untuk sementara.
Lain kali saja ya ikutnya.. Selesaikan dulu sekolahnya di situ. Ok? Kalau sudah selesai, insyaalloh akan ku bawa ke pesantrenku..
Bye.. bye..
Wassalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Yang Tak Pantas Dinanti
M.Imam As Syafi
Hatinya kian merekah menebarkan semerbak harum kegembiraan, mendapat jawaban yang begitu manis. Menandakan bahwa perasaan yang ia miliki, masih tersimpan dan terbalas oleh lelaki yang di puja, di ujung sana. Walaupun masih tertunda keinginan untuk mengetahui dan merasakan nuansa pesantren sang pujaan hati, tak membuatnya berkecil hati.
Dan setitik kalimat yang tertuang dalam tanda tangan yang belum membuka hatinya kembali, tak membuatnya kehilangan arah. Ia percaya suatu saat pasti pintu cinta lelaki pujaan akan terbuka kembali untuknya. Dengan kesucian cinta yang selalu ia jaga, ia harap membawa ereka berdua sampai pada surga firdaus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadzom-nadzom Cinta Jilid 2 [Completed]
SpiritualContact: via WA only: 085224018565 Kehidupan kota Jakarta yang begitu berbeda dengan kehidupan pedesaan, banyak membuat anak-anak mudanya berkembang menjadi momok yang menyeramkan. Namun di antara itu semua, terseliplah seorang wanita cantik yang ma...