Salah apakah dirinya sekarang, hingga banyak sekali hal yang menjadi pertanyaan dibenaknya. Ditambah dengan tak maunya sang kekasih untuk menjelaskan kesalahan apa yang ia telah perbuat. Sesak dalam dada apabila ia mengingat semua perlakuan sang kekasih yang begitu berbeda dengan sosok di masa dulu yang ia ketahui.
Kesedihannya tak kala mencium tangan sang ibu, ternyata tertangkap dalam benak seseorang yang begitu menyayangi dirinya ini. "Ada apa rat?" Tanya seorang ibu yang mendapat pesan tesirat dari sanubarinya.
"Mi, kenapa mas Imam jadi berubah?"
Terkejutlah sang ibu mendengar penuturan dari putri tunggalnya ini. Ia kira masalah anaknya telah terselesaikan di tempo dulu. Namun, mengapa putrinya ini masih merasakan keluh kesah yang sama. "Maksudnya apa?" Tanya sang ibu bingung dengan perkataan sosok labil di depannya.
Mengingat kenangan yang tak enak di hari-hari lalu, membuat matanya berkaca-kaca hendak menurunkan butiran luapan perasaannya. "Sejak kemarin, mas Imam hanya diam ketika Ratna menyapa, dan kehadiran Ratna selalu diacuhkannya." Keluhnya melingkarkan tangan ke kedua lututnya.
"Jangan su'udzon kayak gitu." Belanya seraya duduk mendekat di samping putrinya.
Ratna sudah tak mampu menjalankan fikirannya secara logis, ia sudah berkali-kali mencoba meminta penjelasan atas kesalahannya agar ia dapat memperbaikinya. Namun, sang kekasih hanya diam tak memberikan sebuah jawaban apapun. "Tapi mi.. mas Imam sekarang terasa sangat jauh." Ucapnya seraya mendapatkan kehangatan dari sang ibu tercinta.
Sementara itu, sang ibu yang telah memakan banyak air laut. Ia mencoba untuk membuat putrinya dengan tersenyum. Langkah yang ia tempuh adalah membuat putrinya agar menanamkan positif think-thinking dalam dirinya. "Mungkin Imam masih syok menerima keadaan yang baru saja menimpanya. Dia kan belum genap seminggu keluar dari rumah sakit. Dan mungkin Imam berfikir, sekarang bukan saat yang tepat untuk menceritakan masalah ini ke Ratna." Jelasnya mencoba membuat putrinya tenang.
Memang benar apa yang di katakan oleh ibunya, segala sesuatu pasti ada waktunya sendiri untuk menampakkan kebenarannya. Itu merupakan sebuah alur cerita yang telah di tentukan oleh sang kuasa dengan berbagai jalan yang seringnya tak dimengerti oleh manusia. Namun satu hal yang pasti, bahwa semua ketentuan itu baik untuk manusia itu sendiri, baik secara umum atau khusus.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Dengan ragu ia pun mencoba untuk melihat siapakah yang datang dengan tak duduk di kursi rodanya.
Kenapa mas?
Kenapa mas ngak mau cerita kepadaku?
Pandangan mata sang kekasih terasa berbeda dari pandangan indah yang tersimpan dalam memori masa lalunya. Bukan kasih sayang yang terpancar dari bola matanya, tapi suatu rahasia besar yang tersimpan rapi terbungkus dalam brangkas besi dalam hatinya agar tiada satu orang pun yang mengetahuinya. "Mas Imam habis dari mana?" Tanya Ratna ragu untuk memandang bola mata yang terpecik suatu api misterius.
Abah Ahmad pun melihat putranya yang masih terdiam enggan mengerakkan kedua bibirnya. Beliau yang merasakan kondisi anaknya yang masih sulit menerima keadaan yang sebenarnya, membuatnya segera menjawab pertanyaan tersebut. "Kami habis jalan-jalan di sekitar sini." Ucapnya seraya memancarkan senyum keramahan.
"Dek Imam capek tidak?"
"Alhamdulillah tidak bu."
Kenapa engkau menjawabnya, sedangkan pertanyaanku untukmu tak engkau jawab?
Akhirnya kini telah pasti, lelaki muda ini sedang marah padanya. Dan hal yang sulit yang ia terima adalah, ia tak tahu dimana letak kesalahannya. Percakapan orang-orang disekitarnya kini mulai tak terdengar oleh ratna yang melangkah pergi menuju tempat privasinya yang begitu sepi. Hatinya masih terlalu sakit mendengar semua pembicaraan mereka yang terasa meniadakan keberadaannya.
Kini rasa takut kehilangan pujaan hati untuk kedua kalinya muncul di benaknya, setelah kejadian di pesantrennya dulu. Ia sudah tidak sanggup berpisah lagi dengan sang kekasih, yang telah menunjukkan ketulusan cintanya dengan cara yang begitu mengetuk pintu hatinya. Dan teringatnya kembali rasa bersalah atas tindakannya dulu yang sama dengan perlakuan yang ia dapatkan sekarang. Kini bukan ia yang meninggalkannya, tapi sekarang ialah yang ditinggalkan dengan tanpa sebuah alasan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadzom-nadzom Cinta Jilid 2 [Completed]
SpiritualContact: via WA only: 085224018565 Kehidupan kota Jakarta yang begitu berbeda dengan kehidupan pedesaan, banyak membuat anak-anak mudanya berkembang menjadi momok yang menyeramkan. Namun di antara itu semua, terseliplah seorang wanita cantik yang ma...