Happy reading
-------------------------------------------
Lelaki paruh baya itu menatap kosong keluar kota, kedua tangannya dimasukan ke dalam celana Bahannya.
Wajahnya masih terlihat tampan seperti tidak kunjung menua padahal umurnya hampir beranjak berkepala lima
"Sampai kapan Lo gini terus.. ", lelaki dengan kulit sedikit cokelat itu masuk sambil bersedekap dada menatap temannya dengan tatapan sulit dimengerti.
Lelaki yang sudah perkepala empat itu tidak menghiraukan ucapan temannya tatapannya masih kosong melihat hiruk pikuk kota jakarta yang padat.
Arthur menghela nafas melihat reaksi Ares yang masih sama sudah tiga tahun lebih Ares seperti ini sering melamun menatap kosong keluar dan setelahnya kalau bukan air matanya keluar pasti lelaki dengan kulit putih susu itu memukul kepalanya sendiri berulang ulang setelahnya barang barang yang ada di ruangan ini hancur berantakan, dan Arthur sudah muak melihat hal itu.
"ini udah tiga tahun sejak meninggalnya istri lo, gue tau lo terpuruk tapi Res coba buat menerima, gue yakin lo bisa, lo masih punya anak anak, pikirin mereka.. ".
Ares membalikan tubuhnya menatap Arthur dengan tatapan kosong, tak selang beberapa detik Ares berjalan melewati Arthur tanpa menjawab pertanyaannya.
Lelaki yang sudah berumur empat puluh delapan tahun itu duduk di kursi kebesarannya kembali menatap kosong kertas kertas yang ada di depannya.
"Lo ngapain disini? ", akhirnya lelaki itu bersuara.
"Sekarang udah jam makan siang kalau lo lupa.. ", pungkas Arthur mulai jengkel dengan tingkah sahabat karip dari SMAnya ini.
Yang tidak pernah berubah dari dulu namun sekarang lebih parah sejak istrinya meninggal. Menjadikan lelaki berkulit putih susu itu seseorang yang gila akan perkejaan, jarang pulang dan sering minum minum.
"Oo.. ", singkat padat dan jelas hanya itu yang mampu di balas olah Ares setelah itu lelaki yang sudah memiliki garis keriput itu kembali memeriksa beberapa dokumen yang ada di mejanya.
Arthur hanya mampu menghela nafas, lelaki itu sudah terbiasa dengan sikap dingin temannya ini, Arthur menghempaskan tubuhnya di Sofa ruangan Ares sambil melihat beberapa miniatur bangunan yang terpajang diruangan kerjanya.
"Kata Adella, anak lo dah punya pacar, bener.. ", tanya Arthur.
"Aiden, Gue dah tau. ", balas Ares singkat.
Arthur memutar bola matanya jengah, "Bukan Aiden, kalau Aiden mah udah gue juga tau, tapi Aksa.. ".
Mendengar nama Aksa, Ares menghentikan kegiatannya menatap Arthur dengan kening yang menyergit bingung, "Aksa??.."
.
.
."Bella kamu jelek makanya aku ngak mencintaimu, sorepun ngak bakalan cinta.. ", Rendi berbicara layaknya Dilan membuat Bella yang mendengarnya langsung memukul kepala lelaki itu menggunakan buku yang ada di tangannya.
"Mati aja sono lo.. ", kesal Bella.
"Duh, lo tu cewek apa bukan sih ngak ada anggun anggunnya, kalau kata Oma gue, kemayu..", balas Rendi sambil mengusap ngusap kepalanya, kalau ini di dunia komik mungkin saja sudah terlihat benjolan sebesar tinju di kepalanya.
"Bodo amat, Mika, usir temen lo dari sini sebelum gue kepalanya pindah posisi.".
"Gue juga temen lo bencong..".Bella membalikan arah tubuhnya agar bisa menatap Rendi yang masih menyentuh kepalanya, "Omo omo jinjaa weniriniwenirini... ", lugas Bella sambil menirukan suara salah satu pemain di dalam drama korea yang sering di tontonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗠𝘆 𝗗𝗲𝗺𝗼𝗻 𝗣𝗿𝗶𝗻𝗰𝗲♕︎✔︎|𝗥𝗲𝘃𝗶𝘀𝗶
Fiksi Remaja[FINISH ] Proses Revisi [16+] Jika berkenan bisa follow saya sebelum membaca makasih.. ❝𝚈𝚘𝚞 𝚖𝚞𝚜𝚝 𝚝𝚘 𝚋𝚎 𝚖𝚢 𝚙𝚛𝚒𝚗𝚌𝚎𝚜𝚜 𝚗𝚘𝚠, 𝚝𝚘𝚖𝚘𝚛𝚛𝚘𝚠, 𝚊𝚗𝚍 𝚏𝚘𝚛𝚎𝚟𝚎𝚛❞ Namanya Aksara Matteo si laki laki kejam dan sangat serakah...