Sekalipun merah dan putih menempel di badan sebagai satu-satunya kepunyaan bulldozer itu tetap beringas menggilas kami. Puing mimpi berserakan begitu juga dengan jasad kami, dibuat mampus oleh deru penindasan.
Sekalipun mulut tiada henti berzikir, kemanusiaan yang adil dan beradab, preman-preman itu tetap todongkan senjata ke setiap kepala. Kampung kami lengang, sejauh pandang hanya ada ribu tubuh kami tumbang dengan peluru bersarang.
Sekalipun pita suara kami robek oleh jerit, kami saudara setanah air kalian, khusyuk mereka jadikan kami kaum usiran di tanah kelahiran. Dera diderma. Kami manusia yang dicabut kemanusiaannya.
XXVI/VII/MMXX