Kami Muak

216 14 0
                                    

Kami muak dan senantiasa begitu. Istana, Senayan, dan bawahan menjelma lumbung bagi tikus beranak cucu.

Badut-badut berebut singgasana. Berkuasa demi layani berahi teman dan saudara.

Berabad kami puasa kemakmuran tiap hari sarapan penindasan sambil dipaksa setor upeti ke banyak dagelan.

Kami meradang dan dipaksa menurut sepanjang waktu. Sawah dan hutan dirampas selalu. Udara asri disihir penuh debu.

Caping dan palu dibakar menjadi abu. Tani diusir oleh bahasa peluru. Darah diisap, kami lenyap di tanah pilu.

Sedu lahir di bumi penuh sendu tak berakhir.

Kami marah dan selamanya begitu. Di tanah sendiri disuruh angkat kaki. Rumah dijarah begundal, anak negeri didera lapar kekal.

Melawan artinya memesan kamar di tahanan. Juga hantaman batang besi dan setrum sepanjang hari. Rakyat sengsara, badan penuh dera.

Mengharap kepada dewan telinganya tuli. Memohon kepada raja ibanya mati. Kami sendiri.







IX/VIII/MMXX

Di Persimpangan RevolusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang