Kalau tuan mampir ke rumah maaf kami tak bisa menyambut ramah. Geram dan muak menempel di wajah sebab tanah dan rumah bakal disita tirani serakah.
Sebentar lagi bakal dijadikan bandara Kertajati, tambang semen dan pasir besi, waduk, jalan tol, dan aneka kebun industri. Bagi kami hanya ada opsi: menentang lalu mati atau pergi dengan gigit jari.
Maaf kalau suguhan kami hanya air mata. Bapak kami dipecat selepas bertahun-tahun dipecut. Pandemi dan resesi artinya kami menjadi tumbal. Artinya anak negeri dicampaki. Artinya tenaga luar negeri dipeluki.
Maaf juga jika saat kita bicara tuan dengar adek kami menangis besar. Sudah seminggu ia sakit sementara BPJS ditinggikan selangit. Sadarlah kami orang melarat dilarang dirawat dan dipersilakan tamat.
Mohon maaf juga jika saat kita berbincang, polisi datang, kasih bogem melayang, seret saya lalu dimasukkan kandang. Dijerujikan karena menentang badut pemerintahan. Didera dan dicabut hak asasinya. Difitnah makar sebab lantangkan suara benar. UU ITE sembelih orang-orang kere.
Subur derita di tanah kita. Rimbun penindasan di rumah kelahiran.
XXVIII/VII/MMXX