Di tanganmu mengapa ada darah kami, Jenderal juga sepucuk pistol yang menjadikan seorang anak yatim sebab sang bapak dijemput pada suatu malam, berabad tak juga pulang?
Di sela-sela jemarimu mengapa ada duka kami, Jenderal juga sisa mesiu dari peluru yang lepas menjadikan istri janda sebab sang suami terkapar di tol juga belukar timur semalam?
Sepasang tanganmu mengapa penuh air mata kami, Jenderal juga sederet nama saudara kami yang langkah kakinya tak juga tiba ke rumah selepas mengimani gerilya pada suatu demonstrasi.
Di kedua tanganmu ada amis darah kami, Jenderal. Tak usah kau fitnah tangan orang lain.
XIX/XII/MMXX