Komedian

242 12 0
                                    

Masyarakat di suatu republik dilanda kebingungan saat melihat sebagian aspirator, pemimpin, dan negarawannya bertingkah absurd. Disebut sebagai birokrat dan politisi tidak bijak karena kebanyakan membanyol, berargumen yang mengundang gelak, dan bertingkah konyol. Diberi label sebagai komedian juga dirasa tiada tepat karena tidak meredakan stres, menghadirkan keceriaan dan menghibur. Lebih sering bertingkah kekanakkan yang sukses menghadirkan geram dan gondok senasional.
             
Keresahan ini memuncak. Pelawak dibayar untuk melucu, meredakan penat, dan melemaskan urat yang tegang sehabis seharian bekerja dengan humor dan mimik yang membuat semua terpingkal, tenggelam dalam ceria. Sementara itu para hibrid ini diumpani anggaran dari peluh rakyat untuk menyelesaikan urusan yang perlu namun keseringan melucu. Berargumen tapi malah berhumor. Dituntut berkarya tapi malah berjenaka. Membuat kebijakan yang menyenangkan banyak orang bukan menghadirkan titah yang memunculkan berang orang-orang.
                    
Ah, biar tidak bertambah pusing sebut saja mereka sebagai Lawakrat. Sekumpulan orang-orang yang mengadopsi saripati tata humor ala komedian dan seni mengatur rakyat. Kedua unsur tadi diramu dan jadilah keajaiban aneh menggerogoti birokrasi suatu republik. Timbul pula kegundahan lain. Rakyat susah mendefinisikan hibrid tersebut. Semua bingung apakah mereka pelawak yang sedang plesiran ke gedung parlemen dan griya eksekutif ataukah politisi nirprestasi yang menghidupkan mesin birokrasi dengan bahan bakar komedi non-subtansi?
                   
            
             
          
           
           
          
           
          
          
         
                
I/I/MMXX

Di Persimpangan RevolusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang