Menyejarah di republik kami air mata yang selalu membanjiri.
Sebab bapak kami yang buruh dipaksa mengaduh dan berpeluh hingga subuh, kalau mati tinggal diganti.
Sebab ibu kami kaum tani sawahnya dirampasi jika melawan langsung dihabisi oleh preman berseragam keji peliharaan korporasi.
Sebab adik kami yang sakit tidak bisa berobat, BPJS ditinggikan selangit.
Sebab abang kami mahasiswa dipenjara karena membela manusia Indonesia.
Sebab anak proletar seperti saya dilarang bersekolah jika tak setor upeti kepada begundal serakah.
Menyejarah di sini kebenaran yang dihabisi, menyusul Munir, Marsinah dan Pak Wiji.
Menyejarah di sini banyak raja gila sembah yang sabdanya haram dicela. Yang dayang dan karib korporatnya menjelma perampok serakah.
Menyejarah dan akan selalu menyejarah lara di sini dan air mata kami deras mengalir tanpa henti.
XXVIII/VIII/MMXX