15. CALEB

531 72 3
                                    

Jakarta, 2013

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, 2013

Seumur hidup selama menjadi adik Elias, baru kali ini aku sangat ingin menghajarnya habis-habisan. Ia dan ketololannya tidak hanya menempatkan keluarga kami dalam masalah besar, sekaligus juga melibatkan gadis yang sangat kucintai.

"Hei, memangnya aku tahu Ghea ada hubungannya dengan Padma!" serunya membela diri saat kumuntahkan itu padanya dengan geram. "Kau pikir, aku berharap semua ini terjadi? Aku tidak bermaksud menghamili Ghea!"

"Kenyataannya, sekarang kau menghamili dia. Dasar berengsek! Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?"

"Bukankah aku sudah menyuruhmu menyampaikan tawaranku pada Ghea? Dia pergi sementara dari Jakarta dan boleh memilih akan tinggal di mana sampai bayinya lahir. Di luar negeri pun tidak masalah. Aku akan membiayainya. Dia tidak perlu khawatir soal uang. Sudah kau sampaikan?" Elias menatapku tajam.

"Dan sudah kukatakan juga padamu, dia tidak mau."

"Bujuk dia, Caleb."

"Kenapa tidak kau saja yang menemuinya dan membujuknya? Dia perempuan simpananmu, dan anakmu yang ada di perutnya."

Elias mendesah. "Aku tidak bisa bertemu dengannya sekarang, Cal."

Wajah abangku yang murung dan matanya yang tiba-tiba menghindar dari tatapanku seketika menghantam kesadaranku. "Tunggu. Apa ini? Kau benar-benar mencintainya? Kau takut luluh kalau berhadapan langsung dengannya? Begitu?"

Elias diam saja.

"Jawab aku!"

"Untuk apa mengiyakan lagi?"

Aku membanting diriku di sofa tempatnya menerima tamu dengan rasa frustasi membuncah. Ruang kerja Elias tiba-tiba terasa menyesakkan. Elias mencintai Ghea. Lalu, apakah selama ini ia tidak mencintai Kak Lana? Kak Lana yang begitu baik, begitu sabar, yang sudah seperti kakak kandungku sendiri. Yang hidupnya begitu malang setelah kecelakaan itu. Aku sungguh tak terima jika selama ini ia hanya menerima cinta yang pura-pura dari abangku.

"Kenapa kau melakukannya?" gumamku letih karena emosi yang kuluapkan sejak tadi. "Kenapa kau sampai hati membohongi Kak Lana, El? Kenapa kau jatuh cinta lagi pada perempuan lain dan membuat hati Kak Lana terluka?"

Elias tersenyum sama letihnya. "Apakah kau sedang berpura-pura tidak tahu? Sejak awal, semua ini hanya balas jasaku pada Alana."

***

Waktu kami masih kecil, aku dan Elias, bukan kakak beradik yang terlalu rukun. Hampir selalu berselisih dan bertengkar dengan berbagai cara. Di sekolah, Elias juga dikenal sebagai murid yang nakal dan suka berkelahi. Hampir setiap minggu, ibu kami dipanggil kepala sekolah karenanya. Hanya karena ayah kami adalah donator terbesar di sekolah swasta ternama itu, Elias tidak pernah dikeluarkan.

Ayah kami tidak terlalu menyukai Elias, entah kenapa. Bahkan sebelum periode kenakalannya semakin menjadi-jadi, Papa mengabaikan anak sulungnya. Elias hanya punya Mama yang berusaha sedikit membelanya jika disemprot Papa. Namun, Mama pun akan memarahi Elias habis-habisan jika ia menggangguku.

Along Comes Mariana Cornelia (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang