Onrust Eiland, 1897“Bagaimana kabarmu, pasien teladanku?”
“Lumayan, Dokter Stapel. Minggu ini batuk saya sedikit berkurang. Saya batuk-batuk dua hari yang lalu, hanya itu. Tetapi, dada saya masih sesak. Tidak ada kemajuan rupanya.”
“Siapa bilang?” Dokter Stapel mencopot stetoskop dari telinganya. “Batuk yang tidak lagi terlalu sering bisa menjadi pertanda bagus.”
“Tetapi, sesaknya….”
“Ya, itu memang masih harus kita obati juga. Jangan khawatir.” Dokter Stapel mengangguk. “Apakah sesaknya menjadi lebih parah? Kau kelihatan lesu hari ini.”
“Sudah enam bulan saya tinggal di sini. Tubuh saya semakin lemah rasanya. Dulu, seorang pasien Constantijn yang berpenyakit sama dengan saya tidak kunjung sembuh selama bertahun-tahun. Lalu meninggal dunia. Mungkin nasib saya pun akan seperti itu, Dokter Stapel. Yah, kurasa saya pun tidak keberatan kalau memang harus mati.”
“Ada apa, Mietje?” Dokter Stapel mengamatiku baik-baik. Keningnya berkerut. Sekarang, karena kami berteman ia memanggilku dengan nama kecilku. Ia datang seminggu sekali untuk memeriksa kesehatanku dan memberi obat-obatan, meskipun di pulau ini juga ada rumah sakit kecil dengan beberapa dokter dan perawat. Ia satu-satunya temanku sekarang, yang bisa kuajak bertukar pikiran. “Kau tidak biasanya berpikiran segelap ini. Keluarga dan teman-temanmu masih mengirimi surat, bukan?”
“Surat dari Karel baru datang kemarin,” jawabku.
“Saya harap abangmu tidak mengirimkan berita yang buruk.”
“Justru itu, Dokter.” Aku menggeleng sedih. “Isinya membuat saya ingin menangis. Keadaan ayah saya tidak begitu baik, bahkan cenderung semakin buruk. Kebiasaan mabuknya semakin parah.”
Aku menceritakan keadaan Papa pada Dokter Stapel. Menurut Karel, Papa mulai punya banyak keluhan kesehatan. Sering tiba-tiba nyeri dada dan sesak napas. Kulit Papa membiru, dan beberapa kali ia kehilangan kesadaran. Sudah berulang kali Karel hendak memanggil dokter, karena curiga ada yang tidak beres dengan jantung Papa. Namun, Papa malah marah. Kata Papa, itu hanya karena perutnya kembung penuh gas dari lambungnya yang kosong. Papa memang jarang makan, atau makan sedikit sekali sekarang. Karena itu, lambungnya pun sering bermasalah.
“Apakah ayah saya tertular penyakit saya?” tanyaku cemas.
Dokter Stapel mengerutkan keningnya lagi. “Harus dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat. Tetapi, dari cerita Karel, sepertinya Tuan Van den Berg memang punya masalah dengan jantungnya.”
“Aduh, apa yang harus saya lakukan?” seruku nyaris menangis. “Sementara saya terpenjara di pulau ini dan tak bisa pulang untuk membujuknya supaya pergi ke dokter!”
“Jangan khawatir. Saya akan membicarakannya dengan Tuan dan Nyonya Visser. Mungkin mereka bisa membujuk ayahmu diperiksa dokter. Atau, saya bisa menghubungi dokter perkebunanmu dan menyarankan dia untuk memeriksa kesehatan ayahmu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Along Comes Mariana Cornelia (Complete)
Ficción históricaPertemuan Padma dengan hantu perempuan Belanda yang meminta bantuannya, bukanlah sesuatu yang ia anggap penting. Sampai kemudian, orang yang dicintainya melalukan hal yang sangat menyakitkan. Padma memutuskan menjauh dari orang-orang yang melukainya...