33. Sabar tak bertepi

10.7K 551 5
                                    

⚠️CERITA INI TELAH MENDAPAT PERLINDUNGAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA SEBAGAIMANA PASAL 9 AYAT (1)⚠️

---
Ujian, cobaan, masalah, itu semua sudah di atur sedemikian rupa tanpa di minta.~

----

A story by
DINDA VIRANI

✈✈✈

Dua hari kemudian, Deven sudah kembali dari bertugas. sekarang ia sedang di perjalanan menuju ke rumah mertuanya.
Kaila yang mengetahui hal itu sangat antusias menyambut kedatangan Deven. Sebelumnya ia mengirimkan pesan singkat untuk suaminya dan menanyakan keberadaan lelaki itu.

✉Me:
Udah di mana, sayang?

✉Mas Sayang 🖤:
Baru keluar dari Bandara.

✉Me:
Sudah makan?

✉Mas Sayang 🖤:
Belum

✉Me:

Ya sudah, hati-hati di jalan ya ... aku siapin makanan buat kamu."

Sebuah senyum terpancar indah di wajah Kaila saat mengirimkan pesan untuk Deven. Hati kecilnya tak sabar ingin segera memberi tahu lelaki itu tentang kehamilan anak pertama mereka. Karena hari ini adalah hari yang spesial, maka Kaila tidak ingin menyia-nyiakan hal itu. Ia mengeluarkan banyak tenaga untuk masak di dapur, walaupun kondisinya masih sedikit mual.

Sembari menunggu, ia sengaja duduk di meja makan yang telah berisikan lauk-lauk kesukaan suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sembari menunggu, ia sengaja duduk di meja makan yang telah berisikan lauk-lauk kesukaan suaminya. Mulai dari kepiting asam manis, udang goreng tepung, cumi saus tiram, hingga buah-buahan lengkap sudah tersaji di sana.

15 menit,

20 menit,

45 Menit.

Bahkan hingga dua jam setelahnya Deven belum juga tiba di rumah. Lelaki itu baru sampai setelah Kaila tertidur lelap di atas meja makan.

"Yang," panggilnya lembut.

"Maaf, ya, aku bikin kamu nunggu lama," lirih Deven mencium kening istrinya singkat.

Mata Kaila terbuka, memaklumi sang suami yang akhir-akhir ini sedang sibuk bekerja. "Mau langsung makan nggak? Aku angetin lauknya dulu, ya?"

Deven mengangguk. Membiarkan Kaila menyiapkan sepiring nasi dan lauk untuknya. "Makasih, ya..."


Kaila mengerutkan dahi, suara Deven terdengar lelah dan kurang bersahabat.
Karena menyadari hal itu ia menghampiri suaminya, merangkul leher Deven dari belakang dan menempelkan dagunya disana.

"Kamu kenapa? Capek, ya?" tanya Kaila lembut.

Deven tidak merespon, tangannya fokus mengaduk-aduk nasi yang sudah diberikan oleh Kaila.

"Kalau capek, istirahat gih. Makannya nanti saja kalau sudah lapar."

Lagi-lagi Deven tidak memberi jawaban, Hanya suara hembusan napas lelah yang terdengar dari mulut lelaki itu.


Pada akhirnya, Deven beranjak dari tempat duduk dan berdiri saling berhadapan dengan Kaila. Ia menangkup pipi itu lalu mengecupnya pelan.

"Maaf yaa..." ucap Deven penuh penyesalan.

"Kenapa minta maaf? I'm okay..." jawab Kaila sembari tersenyum tipis. Berusaha untuk mengerti walau dalam hati ada sedikit rasa kecewa.

"Berjanjilah untuk tidak meninggalkanku Kai, Mau separah apapun keadaannya." Lelaki itu menatap sendu kedua bola mata Kaila.

"Kenapa ngomong kaya gitu? Aku gak bakal ninggalin kamu." Kaila membelai lembut surai hitam suaminya.

"Aku takut kehilangan kamu," kali ini Deven memeluk tubuh Kaila dengan erat.
Wanita itu hanya tersenyum tipis seraya menepuk pelan punggungnya.

Niat untuk memberikan kejutan yang sudah dipersiapkan dari beberapa waktu yang lalu kini ia urungkan, mengingat situasi yang sepertinya kurang tepat.

***

Whoeeekk ...

Lagi-lagi, morning sickness kembali mendera isi perut Kaila. Sarapan yang baru saja ia makan terbuang sia-sia.

Wanita itu membiarkan Deven yang beberapa hari ini masih bersikap dingin padanya. Entah apa yang terjadi, namun yang pasti ia sangat sedih melihat perubahan pada sikap Deven.

"Kai, lebih baik beritahu Deven sekarang. Nggak baik menunda-nunda lagi. Suamimu harus tahu tentang kehamilan kamu," ucap Mami saat Zara datang memeriksa kondisinya.

"Iya, Kai. tunggu apa lagi, sih?"

"Gak bisa sekarang, Zaa, mas Deven kayanya lagi banyak masalah. Aku gak mau gangguin dia." jelas Kaila kemudian.

"Tapi kamu sedih kan dicuekin kaya gini? Selain stres, ibu hamil gak boleh sedih, Kai. Hal itu akan berdampak seperti ini, akan sangat membahayakan bayinya jika terus-terusan terjadi." Ucap Zara

"Iya, dua minggu lagi aku pasti ngasih tahu mas Deven, Tenang aja."

Zara dan mami menghembuskan nafas pasrah. Kaila sungguh tidak bisa dibantah. Ia selalu berpegang teguh pada pendiriannya.

(Re-publish)

19 Maret 2021

✈✈✈

Kamu memplagiasi karya ini?

SILAHKAN!

Mungkin aku nggak akan pernah tahu,
Tapi Allah yang lebih tahu.

Sebagaimana niat buruk yang kamu lakukan, nanti pasti mendapat balasan.

Ingat, yang membaca ceritamu bisa jadi pembacaku juga.

Jadi sejauh apapun kamu menghindar, semua pasti akan terbongkar.

Dunia ini sempit,
Nggak seperti yang kamu bayangkan.

Dosa yang kamu dapatkan mungkin sebanyak jumlah viewers yang membaca ceritamu saat ini,

atau lebih dari pada itu :)

Berbanggalah, untuk jadi seorang pencuri!
Tuai seberapa banyak dosa yang ingin kamu setor di Akhirat nanti.

Setelah membaca, dimohon untuk kasih bintang dulu ya, teman-teman. Karena itu gratis!

Kalau ada kata yang membingungkan, ataupun typo yang betebaran, dimohon dengan sangat untuk memberi tahuku agar aku bisa memperbaikinya.

Terimakasih sudah membaca😄
Jangan lupa komentarnya juga ❤

Flight With You ✔ (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang