46. Welcome in the world

15.8K 639 64
                                    

---

Kamu adalah kebahagiaan kami,
putri kecil...

----

✈✈✈

Nazhira Devaila Wijaya,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nazhira Devaila Wijaya,

itulah nama yang diberikan Deven untuk putrinya. berkulit putih, hidung mancung, dan mata yang sedikit tipis itu menurun dari dirinya. namun Alis, rambut hitam lebat, serta pipi chubby dan bibir mungilnya lebih mendominasi ke Kaila.

Kini semua orang sedang mengerumuni bayi lucu yang baru berumur 2 hari itu. Apalagi Livina, ia dengan berani memainkan bulu mata lentik Zhira yang sedang terpejam.

"Putri kalian cantik sekali, Dev..." ucap Aza ketika menjenguk sang bayi di ruangan NICU.

"Wajahnya sangat mirip sama kamu..." sambung Agnes yang tak kalah kagum

Deven hanya tersenyum mendengar segala pujian itu. Ia tak pantas mendapatkannya. yang lebih pantas adalah Kaila, Karena wanita itu sudah berjuang keras untuk melahirkan putri kecilnya.

"Kaila belum siuman, ya?" tanya Zara yang baru saja menyusul ke dalam ruangan. Ketiga orang tersebut menggeleng pertanda belum.

"Reaksi obat biusnya pasti sangat kuat, mungkin itu juga yang membuatnya belum sadarkan diri." ucap Zara.

Memang benar, setelah Kaila mengalami pendarahan ia diberikan banyak suntikan oleh dokter. Segala upaya apapun telah diusahakan untuk menyelamatkan perempuan itu.

Sekarang, yang harus di lakukan keluarga hanyalah bersabar menunggu.

Deven perlahan menggendong putrinya dalam dekapan, lalu dibawa menuju ruang VIP yang ditempati oleh Kaila.

Sesampainya di ruangan, ia mendekatkan diri di samping istrinya.

"Sayang ... bangun dong, putri kita pengen ketemu sama kamu. Kita kangen ..." Deven menatap wajah kaila yang masih tertutup rapat.

Mami, Papi, dan Mama Risti yang sedari tadi menjaga Kaila hanya melihat Deven dengan tatapan iba.

2 hari sudah kaila tak sadarkan diri, mami sangat takut jika putrinya itu enggan membuka mata. Setetes air meluruh deras jatuh dipipinya.

"Mi, sudah jangan menangis... Kasihan Deven kalau tahu mami nangis. Dia juga pasti sangat menanti Kaila untuk bangun." pinta papi yang kini merangkul lembut pundak mami.

Seketika mami mengusap cepat air matanya. Ia harus tetap tegar melihat kondisi putrinya saat ini.

Tanpa mereka duga, Sebuah jari telunjuk bergerak dengan sangat pelan.

Mama Risti yang sedari tadi memperhatikan, kini langsung sigap menghampiri.

"Kai ..." diusap pelan rambut Kaila dengan lembut.

Wanita itu perlahan membuka mata.
Pandangannya sedikit kabur, ia memejamkan sekali lagi untuk memastikan. Dan ketika kembali membuka mata, wajah mama mertualah yang pertama kali dilihatnya.

"Ma ..." panggil Kaila lemah.

Deven dan semua orang seketika menoleh ke sumber suara.

"Kai..." panggil Deven memastikan.

Kaila menoleh, mendapati suaminya kini sedang mengendong seorang bayi.

Wanita itu seakan bertanya melalui tatapan mata, lalu Deven mengangguk untuk menjawabnya.

"Anak kita, Sayang..." ucap lelaki itu penuh haru.

Kaila tak mampu menahan tangis, ia sangat bahagia bayinya bisa terlahir ke dunia dengan selamat.

"Terima kasih sudah bertahan, ya,"

"Terimakasih telah melahirkan buah hati kita ...,"

"Dan terimakasih untuk semuanya." ucap Deven kemudian mencium lembut kening Kaila.

Perempuan itu memejamkan mata setelah Deven meletakkan sang bayi ke atas dadanya.

"Namanya siapa, Mas?" tanya Kaila.

"Zhira." Jawan Deven.

"Nazhira Devaila Wijaya." Sambungnya mantap.

"Artinya?" Kaila semakin penasaran.

"Nazhira yang mempunyai arti seni dan keindahan. Aku berharap ketika dia dewasa nanti sifat dan pribadinya menurun darimu, selalu memberi energi positif untuk banyak orang, dan berusaha agar hidupnya dapat lebih bermanfaat. lalu Devaila gabungan nama kita berdua, dan Wijaya dari nama keluarga.
gimana? Kamu setuju?" tanya Deven.

Kaila mengangguk,

"Nama yang sangat indah..." ucapnya. Ia kemudian beralih memperhatikan wajah putrinya yang kini sudah terlelap.

***

Hari ini di kediaman mama Risti, sudah ramai oleh sanak saudara yang ingin menjenguk putri pertama Deven dan Kaila. Memang, semenjak Kaila melahirkan, rumah itu tak pernah sepi. Selalu saja ada orang yang datang untuk bertamu.

Mereka datang membawa banyak bingkisan sebagai ucapan selamat atas lahirnya bayi mungil tersebut. kecantikan Nazhira menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap orang yang melihatnya.

"Kai... Nazhira boleh tante bawa pulang?" tanya salah seorang teman mami yang sekarang sedang menjenguk putrinya.

Kaila tersenyum pelan. Hanya dengan senyumanlah ia mampu menjawabnya.

"Kalau sudah besar, jodohin sama cucu Oma mau ya, Zhira..." ucap salah satunya. Berbicara pada bayi mungil yang sama sekali tak mengerti apa yang ia ucapkan.

Deven semakin tertawa mendengar ucapan itu. Ia menggeleng pelan karena Anak pertamanya dalam sekejap menjadi kesayangan semua orang.

Sepulangnya ibu-ibu rempong tersebut, Deven kini membantu Kaila meletakan Zhira ke dalam box bayi yang berada di sebelah tempat tidur mereka.

Kaila memang masih sedikit takut menggendong tubuh Nazhira jika tanpa bantuan. justru dari awal kelahiran bayi tersebut, Deven lah yang senantiasa selalu menggendongnya.

Tangan lelaki itu sudah sangat terampil dalam urusan menggendong bayi, Kaila sungguh kagum dan terharu dengan kemampuan suaminya.

"Capek ya, Sayang?" tanya Deven.

Kaila menggeleng, "Engga kok, mas. aku malah seneng anak kita banyak yang jenguk." ucapnya.

Pilot tampan itu kemudian melingkarkan tangan ke pinggang ramping istrinya.

"Kaila Annathasya yang sangat aku cintai, terimakasih banyak telah melahirkan Zhira untukku."

Kaila membalas dengan senyum, menggenggam erat tangan Deven yang berada di pinggangnya.

"Sama-sama mas, aku senang Zhira hadir di tengah keluarga kecil kita." Ia kemudian menatap bayi kesayangannya yang tengah tertidur pulas.

"Putri cantik kita ini sepertinya banyak yang mengagumi, yang, aku takut jika ia dewasa kelak banyak lelaki yang mengejarnya.." sambung Deven.

"Kenapa takut? Bukankah itu adalah suatu hal yang patut kita syukuri?" balas Kaila

"Iya, tapi aku takut Zhira jadi tak terawasi olehku nantinya." Deven kini meletakkan dagunya ke pundak Kaila.

"Kita bisa sama-sama mengawasinya sayang..." wanita itu mengelus pelan pipi Deven. Seperti seorang bayi yang membutuhkan belaian kasih sayang dari ibunya.

✈✈✈

Terimakasih sudah membaca😉
Jangan lupa kasih bintang

Flight With You ✔ (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang