32. Memaafkan

12.8K 596 2
                                    

⚠️CERITA INI TELAH MENDAPAT PERLINDUNGAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA SEBAGAIMANA PASAL 9 AYAT (1)⚠️

——

Tak seharusnya berlarut-larut dalam amarah yang begitu dalam. Cukup diikhlaskan dengan lapang daripada berdiam dengan rasa dendam.

————

A story by
DINDA VIRANI

✈✈✈

"Pokoknya aku pulang kamu sudah harus bisa berjalan normal," ucap Deven pada Kaila. Saat ini keduanya telah sampai di Bandara Abdulrachman saleh.

Sejauh ini perempuan itu sudah banyak mengalami perkembangan pada kedua kakinya, namun sayang ia butuh waktu untuk bisa berjalan sendiri. Kaila masih harus menggunakan bantuan tongkat untuk membantunya berjalan.

"Iyaa, Mas ... doain aja.."

"Jangan lupa obatnya di minum."

"Iyaa ..."

"Jaga kesehatan, makan yang banyak, susunya dihabiskan."

"Iyaaa ..."

"Kalo mau ke mana-mana minta temenin Mami, jangan sendiri dulu ..."

"Iyaaaaaa...."

"Tidur yang cukup, jangan sering begadang."

"Iyaaa, sayang. Iya...."

"Nanti telepon aku kalo kangen."

"Bawel ihhh!! Udah sanaa," usir Kaila cepat.

Deven terkekeh melihat istrinya yang mulai kesal. Ia menjadi lebih cerewet ketimbang biasanya, padahal mereka sudah sangat sering berpisah seperti ini.

Dari kejauhan seorang perempuan cantik dengan seragam khas pramugari menghampiri mereka berdua.

Siapa lagi kalau bukan Naura. Wanita itu membawa sebuah koper dan bersiap untuk bertugas hari ini.

Kaila memperhatikannya dari atas kepala sampai ujung kaki. Seakan menyimpan seribu tanya dalam hati.

"Kai ..." sapa Naura

"Em ... hai..." jawab Kaila berusaha bersikap normal. Sejak kejadian waktu lalu, ia sudah tidak lagi membenci Naura. Sebisa mungkin berjanji pada diri sendiri untuk memaafkan kesalahannya.

Benar kata Deven, tak seharusnya ia berlarut-larut dalam amarah yang begitu dalam. Cukup diikhlaskan dengan lapang daripada berdiam dengan rasa dendam.

"Ya udah ya, aku kerja dulu.." pamit Deven mencium kening Kaila. Detik selanjutnya Naura ikut menyusul Deven dari belakang.

"Huftttt.. bisa Kai, bisaa!!! Berpikir positif!!!"

Wanita itu mencoba untuk menyemangati diri sendiri. Tak ingin ada kekhawatiran dan pikiran negatif sedikitpun tentang Naura. Mereka sama-sama ingin hidup damai, Kaila mencoba untuk bersikap netral dan sewajarnya.

***

Tiga bulan berlalu sangat singkat. Kedua organ tubuh yang sempat kaku itu mengalami perkembangan yang begitu cepat. Rasanya baru saja Kaila duduk di kursi roda dan melakukan terapi di Singapura, tapi sekarang ia sudah diperbolehkan menggunakan bantuan tongkat. Andai saja dulu ia menuruti ego dan berjuang seorang diri, mungkin sampai detik ini belum tentu semuanya bisa dilalui.

Flight With You ✔ (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang