27. Berpisah Sebentar

12.5K 632 1
                                    

⚠️CERITA INI TELAH MENDAPAT PERLINDUNGAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA SEBAGAIMANA PASAL 9 AYAT (1)⚠️

---

Apapun kan ku lakukan untukmu. bersabarlah sayang, kita pasti bertemu lagi.~

----

A story by
DINDA VIRANI

✈✈✈

Deven memutuskan untuk berpisah rumah dengan sang mama. Kondisi Kaila yang butuh selalu dibantu mengharuskan ia untuk pindah ke rumah mertuanya. Walaupun Mama masih mampu untuk menjaganya kapan pun dan di mana pun, tatap saja Kaila tak enak hati dan memilih untuk tinggal di rumah Mami dan Papi.


Padahal tanpa Kaila ketahui, Deven telah membeli rumah untuk mereka. Namun ia belum mau memberi tahu hal itu karena ingin Kaila sembuh terlebih dahulu. Deven ingin Kaila hanya fokus pada terapinya. Mungkin setelah kesehatan Kaila membaik, ia akan mengatakan yang sejujurnya.

Deven sangat bersyukur tuhan masih berbaik hati karena telah mengizinkan mereka untuk menikah. Walaupun ia tau, ujian yang menimpa rumah tangganya belum seberapa.

Namun tak pernah sekalipun ia menyalahkan takdir Tuhan atas semua yang terjadi. Karena ia yakin dari banyaknya musibah dan kejadian yang pernah menimpa mereka pasti ada hikmah di dalamnya.

"Semuanya sudah beres?" tanya Deven yang tengah mendorong kursi roda Kaila menuju boarding pass.

Setelah berdebat dengan isi kepala sendiri, Kaila memutuskan untuk melakukan terapi Okupasi di Singapura sesuai tuntunan Livina. Namun dengan syarat, Deven tidak boleh ikut menemaninya.

"Udah semua kok," Ketika sudah berada di depan pintu keberangkatan, Deven berhenti dan berdiri tepat di depan Kaila. Lelaki itu berjongkok dan menggenggam erat tangan istrinya.

"Kamu tahu, Kai? Aku benci banget jauh dari kamu."

Kaila tersenyum, menyentuh sebelah pipi Deven dan diusap pelan. "Kita cuma berpisah sebentar, Mas. Hanya enam bulan, bukan?"

"Enam bulan itu sangat lama buat aku, Yang. Pesen tiket lagi, ya? Biar aku juga ikut nemenin kamu."

Wanita itu menggeleng. Jemari lentiknya berpindah ke kepala Deven untuk merapikan anak rambutnya di sana.

"Aku nggak mau ganggu kerja kamu," tolaknya halus. Walaupun dalam hati ia ingin sekali Deven ikut menemani.

"Aku sama sekali nggak terganggu, Kaila. Kalau kamu mau, aku bisa cuti saat ini juga." Deven frustrasi. Ia menghela napas saat ditolak berkali-kali.

Padahal jauh dari apa yang Kaila pikirkan, tak pernah sekalipun ia merasa terbebani oleh keadaanya. Sudah menjadi hak dan kewajiban sebagai seorang suami untuk selalu ada di saat istrinya butuh.

"Nak, ayo pesawatnya udah mau berangkat," ucap mami yang menyadarkan mereka berdua.

"Mi, Deven nitip Kaila, ya."

Mami tersenyum, mengambil alih kursi roda lalu mengangguk. Pada akhirnya ia terpaksa meminta Mami untuk menemani Kaila selama berada di sana.

Flight With You ✔ (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang