38. Benar-benar pergi

13.6K 715 49
                                    

⚠️CERITA INI TELAH MENDAPAT PERLINDUNGAN UNDANG-UNDANG HAK CIPTA SEBAGAIMANA PASAL 9 AYAT (1)⚠️

---

Kata maaf belum tentu menyembuhkan, kata maaf belum tentu mengobati.
Kata maaf belum tentu menetralisir.
Tapi kata maaf, hanya untaian untuk membuktikan rasa bersalah.

----

A story by
DINDA VIRANI

✈✈✈

Mami memeluk putrinya yang kini menangis tersedu-sedu di dekapan.
Satu-satunya orang yang paling memahami Kaila di kala genting seperti ini hanyalah ibu kandungnya sendiri.

Mami tahu, hati kaila sangat sulit menerima kenyataan ini. Sebagai seorang ibu, pastinya mami merasakan hal yang sama seperti apa yang putrinya rasakan.

Tak ada yang menyangka kalau kehidupan rumah tangga Kaila lebih rumit dari apa yang ia bayangkan. Dan mami pun tak ingin menyalahkan Deven atas apa yang ia lakukan, karena mami tahu pasti ada alasan kuat kenapa menantunya bisa melakukan hal seperti itu.

Mami sangat menyayangi Deven seperti anaknya sendiri, dan mami tahu seberapa besar cinta lelaki itu untuk putrinya. Ia bahkan rela menerima segala kekurangan Kaila dan berjuang keras demi kebahagiaannya.

Mami berharap Deven segera memperbaiki semuanya.

"Kaila udah ga kuat, Mi ..." perempuan itu terisak lirih.

"Kaila nggak nyangka Mas Deven tega ngelakuin senua ini ke aku," sambungnya di sela-sela tangisnya.

"Siapapun tidak ada yang menyangka akan mendapat ujian berat dalam hidupnya, Sayang," balas Mami, "kamu ingat tergedi yang sempat menimpa kalian dulu?"

Kaila mengangguk, menanggapi ucapan mami. "Deven juga pasti ga akan nyangka kalau semua itu akan terjadi."

Mami mengambil napas dalam lalu membuangnya perlahan.

"Kai ... manusia khilaf itu hal yang biasa. Orang sebaik apa pun pasti pernah berbuat salah. Hal itu juga berlaku untuk Deven, dia juga manusia biasa yang bisa berbuat dosa, kan? Meskipun khilafnya sangat menyakiti hatimu, Mami mengerti dengan perasaanmu. Tapi, coba deh kamu ingat-ingat lagi semua kebaikan yang selama ini Deven kasih ke kamu."

Mami terhenti untuk mengingat peristiwa di masa lalu.

"Kamu inget nggak perjuangannya dulu menikahimu? Gigih dan bertekad kuat meyakinkan Mami dan Papi, rela menunggumu hingga lulus kuliah, di timpa musibah beberapa hari menjelang pernikahan. Itu semua pasti nggak mudah untuknya,"

"Lalu ditambah kamu yang memintanya untuk menikahi wanita lain, Mami yakin dia sangat sakit sama perkataanmu waktu itu."

Kaila hanya diam, ia masih mendengar ucapan mami.

"Apalagi sekarang ketika mengetahui bayi kalian telah pergi, ia pasti semakin merasa bersalah. Mami beberapa kali memergoki Deven menangis di tempat sepi. Suamimu juga tersakiti atas semua ini, Sayang..."

Kaila tertegun. Apa yang mami katakan semuanya benar. Tak pernah sekalipun ia memikirkan perasaan Deven. Yang dipikirkan cuma rasa sakit yang ia derita, padahal Deven juga merasakan hal yang sama. Lelaki Itu hanya pura-pura tegar di hadapannya.

Flight With You ✔ (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang