ARC 2 : FRUIT ISLAND 7

50 38 18
                                    

“Yahuuu! Isi telurku telah mulai bereaksi memadat dan kini aku merasakan kehangatan. Dengan seperti ini aku jadi tidak akan menjadi cangkang yang kedinginan nan beku lagi.”

“Hah? Memang kau pernah membeku?”

“Tentu saja, aku pernah. Sewaktu dulu saat bertempat tinggal bersama sapi. Aku kedinginan saat hujan karena aku sama sekali tak mendapatkan kehangatan pada saat tidur. Para sapi tidak suka aku di dekatnya. Mereka bilang aku ini cuma telur ayam maka aku harus tidur bersama dengan ayam. Tapi kandang ayam benar-benar tak memungkinkan untukku dapat memasukinya.”

“Cangkang yang malang.”

“Huhuhu ...”

“Jadi apa sekarang baru pertama kali ini kau merasakan kehangatan?”

“Ah. Ya.”

“Ngomong-ngomong di mana dulu kau bertempat tinggal?”

“Mmm ... aku ... aku tinggal bersama Nancy dan keluarganya.”

“Itu artinya kau sangat dekat dengan putrinya yang lain?”

“Untuk itu. Aku hanya dekat dengan Nancy dan kakaknya. Dan pula aku jarang bertemu dengan putrinya yang lain, yang kutahu darinya adalah dia adalah sosok yang tidak dapat diganggu. Dia super sibuk. Jadi mana ada waktuku untuk bertemu muka apalagi mengobrol langsung dengannya.

“Sekali lagi kau cangkang yang malang.”

“Eggegege ... kurasa begitu. Selama ini aku hidup dan dekat hanya bersama dengan Nancy, kakaknya, Farma dan juga Papa Chick.”

“Ah. Sepertinya hujan sudah mereda. Kalian tidur saja di sini. Aku akan bersiaga pada malam hari menjaga kalian.” Kataku sambil membuka tas ransel.

“Mmm ... aku tidak dapat tidur kalau ada orang yang masih melek di tengah malam.”

“Harusnya kau merasa aman dan tidur dengan nyenyak karena di sini aku berpatroli hingga semalaman.”

3 jam kemudian.

 

Aku melihat jam tanganku, sudah menunjukkan ke arah jam 22 lebih 32 menit. Tengah sebelasan.

Aku menengokkan wajah ke kanan tepatnya melihat ke sisi belakang. Mengecek apakah mereka tidak terganggu oleh para serangga pulau. Beruntung sekali, malam ini sama sekali tidak ada satupun serangga pengganggu seperti nyamuk. Aku melihat Bocah Telur itu tidur dengan pulas dan juga tak lupa aku menengokkan wajah ke kiri. Aku melihat dia yang masih duduk, memeluk kedua kakinya dengan lengannya. Setelah itu aku kembali menghadap ke depan.

HOOOOYYY!!!

Sontak aku terkejut melihat dia yang masih duduk dan belum tidur.

“Kenapa kau masih belum tidur juga!? Sekarang sudah mau jam sebelas. Apa kau masih belum ngantuk juga!?”

“Sudah aku bilang. Aku tidak dapat tidur kalau ada orang di sekitarku yang masih begadang.”

“Hufft ... kau ini. Kau harus cukup tidur. Apalagi beberapa hari ini adalah pertama kalinya kau keluar dari dunia selimut kamarmu. Kau harus tetap menjaga kesehatanmu agar selalu tetap prima.”

“Bagaimana denganmu? Apa kau tak butuh tidur? Tak beristirahat?”

“Aku ini berbeda pengalaman denganmu. Aku sudah terbiasa seharian tidak tidur karena memang kehidupanku di luaran yang begitu keras. Berbeda denganmu, harusnya aku sanggup memfasilitasi kamar tidur dan spring bed yang khusus untukmu.”


“Wahh ... kau terlalu menilaiku secara berlebihan. Tetap saja kau butuh istirahat karena kau baru sembuh dari masa tak sadarkan diri.”

“Justru itu. Karena aku telah beristirahat penuh seharian selama 2 hari, itu membuat tubuhku tak dapat tidur.”

“Memangnya kau ini baru bangun tidur dari kondisi fisik yang seperti apa? Baru bangun dengan tubuh yang sehat atau baru bangun dengan tubuh yang sakit?? Apa yang kau pikirkan!?”

“Mmm ... aku tidak tahu. Aku merasa bahwa tubuhku ini melarangku untuk tidur.”

“Kau ini mulai aneh ... tidak ada tubuh yang mengendalikan pikiran. Di mana-mana pikiranlah yang mengendalikan tubuh.”

“Hufft ... ternyata kau sangat cerewet ya ... bawel. Setelah berbincang demikian apa tenggorokanmu haus?” kataku sambil menyodorkan botol air yang aku ambil dari dalam tas ransel yang sudah kubuka.

“Hmm ... apa baik untuk kesehatan kalau meminum air di jam segini?”

“Cuma air putih ... tapi kurasa kau tak perlu untuk meminumnya. Karena dengan meminum air putih kau tidak boleh langsung tidur melainkan kau harus segera beraktivitas agar dapat membakar beberapa kalori di dalam tubuh.”

Dia hanya memegang dan menatap botolnya saja.

“Kalau begitu, agar kau bisa tidur dengan nyenyak aku akan pergi sementara waktu ke suatu tempat yang dekat dengan kamp ini.”

“Aku akan sangat lebih tak dapat tidur karena memikirkanmu, bagaimana jika saat kau lagi beraktivitas sendiri, tanpa sepengetahuanmu dari belakang tiba-tiba kau ditangkap oleh para A.E!?”

“Tentu saja aku tak selemah yang kau bayangkan itu, Isabella. Tapi jika kau sedang tak mengantuk dan di sisi lain jika aku pergi sendiri membuatmu khawatir, maka ikutlah denganku. Temani aku.”

“Baiklah. Aku ikut bersamamu. Tapi bagaimana dengan Mr. Egg?”

“Kurasa dia akan aman di situ. Jikalau mau memberinya keamanan yang sedikit optimal, kita cukup menyembunyikannya dengan cara menumpukkan sampah-sampah daun kering di atas tubuh cangkangnya agar tak terlihat oleh A.E kalau-kalau mereka akan berpatroli dan melintas di daratan Fruit Island..”

“Kita tak perlu melakukan itu ... biarkan dia bersama dengan api unggun. Sepertinya dia tengah menikmati tidurnya. Jika kita menyembunyikannya sama saja kita mematikan api unggun dan itu akan membuatnya kedinginan.”

“Okelah. Lagi pula aku tidak berniat berencana untuk mengotori tangan-tanganku dengan sampah dedaunan yang kering.”

“Kita tak perlu jauh-jauh. Cukup mencari tempat yang masih dapat memantau Mr. Egg dari kejauhan.”

“Ya. Cukup api unggun yang menyala itu sebagai tanda pantau kita. Menandakan Bocah Telur tengah baik-baik saja dan masih tertidur pulas.”

Aku pun mengajak dirinya ke pesisir pantai. Tepatnya di atas batu besar, melompat-lompat dari batu ke batu yang lainnya.

<><><><><><><><><><><><><><><><>

Egg Boy : Wah kalian benar-benar jahat meninggalkanku sendirian -_-

Isabella : Hehe maafkan aku Mr. Egg ... Aku tidak punya maksud seperti itu, hanya saja ....

Hellios : ... tidak mau mengganggu tidur hangatmu -_-

Thanks for your support

~

HELL BELL 'GOLD' [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang