ARC 7 : MANSION 22

9 4 5
                                    


🤺🤺🤺🤺🤺🤺🤺🤺🤺🤺🤺🤺🤺🤺🤺🤺

Koridor B

Terlihat Benny sudah dikalahkan dengan telak oleh Cynthia. Kini dirinya berada di lantai dengan kondisi yang terbaring lemah penuh dengan bercak darah di seluruh tubuhnya.

“Hahaha! Sudah kuduga aku memang tidak bisa menahan semangat bertarungku! Aku selalu saja membuat lawan bertarungku menjadi seperti ini. Karena aku tidak pernah bertarung dengan setengah-setengah, aku selalu mengalahkan serta menghabisi lawanku sampai dia benar-benar telah hancur dan sudah tidak ada lagi keinginan untuk bertarung,” tutur Cynthia, “apa kau masih dengar perkataanku, Benny? Apa jangan-jangan kau sudah mati?”

“Ugh ... uh ... sialan,” desah Benny kembali membuka matanya dengan lebar-lebar dan sesekali memandangi atap.

“Apa kau sangat menikmati pertarungan kita? Apa kau baru sadar bahwa perbedaan dari kekuatan kita terlampau jauh?”

“Ba ... cot,” celetuk Benny.

“Jika Foil dan Epee hanya digunakan untuk menusuk lawan, maka kan berbeda dengan pedang Sabre ini. Pedang Sabre digunakan dengan gerakan mengayun atau mengiris. Area tubuh yang diserang adalah dari panggul sampai kepala, dan seluruh lengan. Itulah mengapa kau terjatuh lemah setelah aku menebas-nebaskan Sabre ini pada tubuhmu.”

Seketika Benny pun mengingat pembicaraanya lalu dengan pamannya, Erik.

“Tapi sayangnya, kini dirinya benar-benar tak cukup kuat untuk mengalahkan Si Babi itu, Paman.”

“Ah? Benarkah? Kalau begitu, kita hanya tunggu waktu saja.”

“Tunggu waktu? Maksud Paman? Menunggu Hellios benar-benar menerima kekalahan?”

“Menunggu kekuatannya kembali.”

“Ah? Tapi ... aku lihat sewaktu Hellios bertarung dengan Fat Bob dia benar-benar tidak berdaya untuk menghadapinya. Dia selalu terkena serangan telak oleh Si Babi.”

“Hahaha! Itu memang cara bertarungnya, Benny.”

“Cara bertarungnya?”

“Tapi selama pertarungan itu apakah kau melihat ada tanda-tanda bahwa dia sudah kalah?” tanya Erik sembari nyengir.

“Tentu saja tidak. Dia terlihat seperti sosok yang tidak mau menyerah. Walaupun dia dibanting beberapa kali pun, tubuhnya diinjak-injak dan hampir ditembak oleh revolver, tapi dia tetap berusaha menyerang Fat Bob.”

“Hahaha! Itulah dia. Dia adalah tipikal orang yang tidak pernah menyerah. Dia tidak peduli persentase kemenangannya dalam bertempur itu cuma 1% sekalipun. Dia akan tetap bangkit dan bangkit lagi.”

“Ah! Ada juga, ya, tipe orang yang seperti itu.”

“Dia adalah orang yang hebat.”

“Mungkin diriku yang sekarang sedang ada di fase di mana Hellios berada. Mungkin memang aku tak cukup kuat untuk melawan Cynthia Perkins dalam pertarungan anggar,” batin Benny.

“Berarti kita tunggu waktu saja, ya? Menunggu kekuatannya kembali seperti diriku yang tengah menunggu dalam penyembuhan diri.”

“Aku juga benar-benar sama tak berdayanya seperti dia, tidak hanya dia aku juga sering menerima serangan yang telak juga.”

HELL BELL 'GOLD' [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang