ARC 1 : FARM SWEET 4

106 61 30
                                    

Setelah menghimbau Isabella untuk segera pergi ke gudang yang dikatakannya. Aku langsung pergi mencari si Bocah Telor itu.

Berjalan kaki ke sana kemari, membuang beberapa menitku hanya untuk mencari Bocah Telor?

Setelah sekian lama berputar keliling desa akhirnya aku menemukan Bocah Telor itu yang tengah berada di bawah pohon beringin raksasa yang super rindang bersama dengan puluhan ekor gembalanya. domba dan anak domba.

Setelah menemukannya aku berjalan ke tempatnya bersantai. Aku melihat Bocah Telor yang duduk dengan sedemikian naturalnya menopangkan kaki satunya ke kaki yang lain. Layaknya seperti manusia. Ditambah lagi dia mengenakan topi jerami yang ditaruh di kepalanya dan memainkan suling bambu.

Mahluk aneh yang mengikuti sifat seperti kehidupan layaknya manusia.

Sesaat sampai di perkumpulan domba. Bocah Telor sontak kaget melihat kehadiranku yang tiba-tiba langsung menerjang dan merebahkan diri di atas sekumpulan domba.

Mbeeeeek!

“Heyy!! Jangan menindih domba-dombaku! Nanti mereka bisa mati!”

“Apa yang kau pikirkan? Domba-domba ini bulunya sangat halus dan empuk (tapi bau sih) dan juga sepertinya dari dombanya juga tidak masalah ataupun keberatan kalau aku merebahkan tubuhku di atasnya, mereka nyaman denganku. Ya, kan domba?”

Mbeeeeek!

“Nyaman dari mana? Mereka bilang Heii orang gila siapa ini yang tidur di atas kami!’

“Eh? Kau mengerti bahasa hewan??”

“Ya, tentu saja. Aku ini bukanlah sekedar gembala melainkan teman dan sahabat mereka, bisa dibilang teman curhat.”

Te-Teman curhat??

“Oh iya, ngomong-ngomong kenapa orang asing sepertimu bisa berada di sini? Bukannya sekarang adalah jadwal jam makan??”

“Kau sendiri kenapa di sini? Kenapa tidak berkumpul di sana?”

“Aku ini sedang sibuk, pekerjaanku lebih banyak dari pada mereka.”

“Kau ngomong apa? Aku melihatmu tengah santai-santai saja. Mana ada kata sibuk, toh dari tadi main suling mulu.”

“Main suling juga adalah suatu pekerjaan untuk menciptakan kedamaian dan ketenangan pada para domba agar mereka sehat dan tidak stres.”

Aku baru tahu.

“Wahh, kau sangat bisa diandalkan, semua bulu-bulu domba ini sangat putih, tidak ada noda serta tak kusam. Pasti kau merawatnya dengan sangat ekstra dan teratur.”

“Tentu saja, aku memang tidak akan setengah-setengah dalam pekerjaanku.”

“Kalau begitu, itu artinya bagus.”

“Apa kau sudah selesai berbaring dan ajakan berbicaranya? Segeralah kau pergi. Aku sedang sibuk.”

“Kau ini,” Seketika aku bangun dari rebahanku. “Sebenarnya tujuanku kemari, aku penasaran dengan mahluk berbentuk cangkang telur sepertimu.”

“Maaf aku tidak bisa membagikan informasi mengenai diriku untuk mengenyangkan rasa penasaranmu.”

“Saat melihatmu, aku selalu mengingat pada suatu tempat di pusat desa ini. Pabrik berdesain cangkang yang hancur. Apakah kau maskot dari aset desa ini?”

“Pabrik itu bukan berdesain cangkang yang hancur, melainkan cangkang yang utuh. Pabrik itu terjadi kehancuran pada 3 tahun yang lalu oleh serangan tornado.”

HELL BELL 'GOLD' [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang