ARC 3 : ISLAND of DESPAIR 12

42 19 13
                                    


Powered by #RH_Group☂️

Waktu menunjukkan pukul 22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu menunjukkan pukul 22.30. Isabella dan Egg Boy sudah tertidur pulas di rumah Vinto. Begitu pun dengan masyarakat yang ada di lantai 2, sepi terlelap di kegelapan malam. Hanya angin malam yang terdengar, menghembus membawa rasa dingin hingga menusuk jantung. Aku menyelimuti Isabella dengan selimut milik istrinya Vinto, Isabella tidur di dalam kamar, sedangkan Egg Boy tidur di sofa ruang tamu.

“Maaf, rumah ini kecil, hanya ada 1 kamar, haha.”

“Kau bicara apa, segini saja kami sudah sangat bersyukur kau telah memberikan kami tempat.”

“Kau mau ke mana?”

“Tentu saja aku akan tidur di luar rumah. Aku sudah terbiasa tidur di luaran,” ucapku sambil berjalan menutup kamar dan pergi keluar rumah.

Vinto dari dalam membawa beberapa makanan camilan, menggelar tikar di depan rumah dan kami berdua duduk sambil mengobrol.

“Oh, iya, kau tinggal sendirian di sini? Ke mana istrimu?” ucapku sembari membuka toples kacang.

“Istriku tidak tidur di sini, dia tinggal di wiliyah lantai 3.”

“Kalian terpisah? Bukankah kalian berdua adalah suami istri?”

“Mmm, yaaa, kembali lagi karena sistem kasta di pulau ini.”

“Bukannya kau terbiasa naik turun lantai? Kenapa tidak mengajak istrimu malam-malam kemari atau kau yang tinggal bersama istrimu di lantai 3 misalnya?”

“Sebenarnya aku naik turun lantai pun hanya untuk menyelinap dan mencari makanan saja. Aku tidak mau jika terlalu sering bertemu dengan Jane di lantai 3 itu akan memicu para Agent Elite mengetahui bahwa aku masih hidup. Selama ini aku di mata Fat Bob dan bawahannya dianggap sudah mati sejak 3 tahun yang lalu.”

“Bagaimana dengan masyarakat di setiap lantai? Apa mereka menerima kehadiranmu yang sebelumnya kau telah mati karena dieksekusi?”

“Awalnya mereka terkejut, tapi karena aku yang sering bolak-balik naik turun lantai, mereka jadi terbiasa melihat diriku yang masih hidup.”

“Mereka tidak melaporkannya kepada para Agent Elite?”

“Tidak, mereka sangat tahu aku, kami semua hidup rukun dan damai, semua masyarakat di setiap lantai mayoritas sangat membenci Fat Bob dan bawahannya, jadi dengan keadaanku yang masih hidup sampai sekarang mereka enggan membuka mulut.”

“Lalu, mengenai selimut?”

“Jane memberikan selimutnya padaku, agar dia tetap memberikanku kehangatan walau jarak memisahkan. Tapi, memang benar sangat hangat sih, selimutnya seakan-akan memberikan kehadiran sosok akan dirinya.”

“Aku respect dengan tingkahmu yang membantu para fakir di lantai 1.”

“Oh, untuk itu, sama sekali tidak ada unsur niatan lain, aku hanya melakukan hal kecil seperti berbagi sedikit makanan saja dan sebagai bentuk kemanusiaan juga. Sudah terlalu lama pulau ini menangis karena ketamakan seseorang manusia yang mengendalikan 99% penduduk.”

HELL BELL 'GOLD' [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang