ARC 0 : ISTANA API

518 122 35
                                    

Seseorang bertubuh tinggi dan berperawakan tegak berjalan ditengah gelap gulitanya koridor. Menuju kearah dua cahaya lampu berwarna kuning yang sengaja diletakkan di samping kanan-kiri suatu pintu kamar.

Atmosfer dingin yang mencekam kian berubah menjadi terasa hangat setelah seorang laki-laki itu telah sampai dan berhenti di depan pintu kamar yang terbuat dari pohon jati.

Cahaya lampu tersebut bersinar terang dan membias pada wajahnya yang menjelaskan lekak-lekuk raut rupa dan pipinya yang cenderung tirus kedalam. Terlihat sosoknya penuh dengan berewok yang lebat dan beberapa uban, menghiasi sekitar wajahnya.

Matanya hangat berwarna hijau dengan guratan syaraf-syaraf mata yang tertampak pada masing-masing sudut kelopaknya dan pantulan bayangan kap lampu yang tercermin pada bola matanya yang sedikit basah.

Lantas dapat disimpulkan bahwa usia seorang laki-laki tersebut telah mengarungi kehidupan selama hampir setengah abad lebih sepuluh tahun.

Kini kedua matanya terfokus pada coretan gambar pada kertas putih yang menempel di pintu. Hanya tiga helai bunga matahari yang diwarnai dengan pensil warna, crayon. Lukisan sederhana, yang siapapun dapat membuatnya. 

Tangan kanannya mulai bergerak kearah alas pintu. Mengetuk-ketuk dengan buku-buku jarinya. Setelah tiga kali ketukan, tangannya terkesiap turun kembali disamping perut dan merapatkannya. Dia tak perlu mengulangi ketukan lagi. Tak perlu mengetuk hingga sembilan kali jumlahnya. Karena tiga kali ketukan pun  sudah cukup untuk merespon seseorang yang berada dibalik kamar itu.

Tak lama berdiri menunggu pintu dibuka. Suara kibasan selimut dan hening selang lima detik lalu sebentar dilanjutkan dengan suara langkah kaki yang lemah berjalan kearah pintu mulai terdengar dari dalam.

Pegangan pintu berbentuk bola berwarna coklat keemasan, pelan-pelan berputar.

Ceklek. Ngeeekk..

Akhirnya pintu terbuka dan menampakkan sosok cantik yang sempurna, muncul didepannya.

“Selamat malam, Sayang.”

“Maaf mengganggu waktu tidurmu. Kau tahu ini malam apa?”

“Ini malam ulang tahun kelahiranmu. Happy Birthdays, Sayang”

“Aku tak pandai membuat kue. Aku hanya dapat membawakanmu sebuah hadiah. Yang dimana kado ini telah dirancang sekitar dua puluh enam tahun yang lalu oleh sepasang suami istri yang sangat berbahagia. Yang mendambakan seorang putri.”

Setelah seorang laki-laki itu selesai berucap, sosok cantik tersebut langsung mendekap dipelukannya.

“Terima kasih. Ayah.”

Itulah beberapa kata yang diucapkan oleh putrinya.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Author : Gimana teman-teman? Masih kebingungan untuk menebak alur ceritanya?? Tetap ikuti kelanjutannya nanti yaaa, tetap pantengin terus yaa. Pasti akan ada suatu yang menarik dan penuh teka-teki :)))

Hellios : Itupun jika kalian dapat mengikuti serta memecahkan teka-teki dari misterinya O_o

Isabella : Ssstt.. Jangan nakal, kita berharap mereka juga nanti akan memecahkan misterinya kok :) Butuh waktu.

Author : Hehe.. iya, sabar sabar ^_^

*Terimakasih bagi para readers yang telah meluangkan waktunya untuk singgah kemari, silahkan untuk meninggalkan vote ataupun kritik dan saran, karena itu sangat berarti bagi Author untuk mengembangkan cerita kedepannya :)))))

~

HELL BELL 'GOLD' [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang