ARC 7 : MANSION 6

6 7 6
                                    

Sejenak Sean dan Amanda pun mulai makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejenak Sean dan Amanda pun mulai makan. Di tengah itu, Meera masih memikirkan tentang masa depan Amanda. “Oh, iya, ngomong-ngomong apa aku mengenali pria yang tinggal di wilayah sebelah, Amanda?” tanya Meera.

“Ah? Wilayah sebelah? Wilayah yang mana?” sahut Amanda.

“Wilayah yang itu lho, yang dibawahi oleh Tn. Ace Pineapple.”

“Oh, wilayah Fruit Island yang sebelah Barat Laut? Pineapple Village?”

“Benar!”

“Memangnya kenapa, Bi?”

“Aku lihat, putra dari Tn. Ace Pineapple sangat tertarik padamu, buktinya Bibi pernah lihat sendiri bahwa dia sering mencuri-curi pandang padamu.”

“Oh, Snake Pineapple?”

“Nah, iya pria itu!”

“Mmm, ya, kudengar dia adalah pria yang baik, tapi ... aku tidak terlalu mengenalnya.”

“Ya, kamu berusaha untuk mengenalnya dong, siapa tahu dia masih malu-malu untuk mengutarakan sesuatu padamu, buka sedikit pintu hatimu untuknya.”

“Hahaha, pintu hatiku masa tertutup rapat, Bi.”

Sean yang mendengar nama pria tersebut pun tiba-tiba langsung syok dan tanpa sengaja dirinya menjatuhkan kedua sendok dan garpunya ke lantai.

“Sean! Ada apa?” seru Amanda dan Meera yang sontak terkaget akan Sean.

“Ah, tidak-tidak, aku tidak tahu kenapa tiba-tiba kedua jari-jemariku sedikit keram.”

“Ah? Yang benar!?” ucap Amanda yang segera bangun dari duduknya dan segera mendekat untuk meraih kedua telapak tangan Sean, tapi tindakan tersebut segera ditepis oleh Sean.

“Tidak, apa-apa, Amanda. Sepertinya aku hanya butuh istirahat saja, karena selama seharian ini tanganku ini terlalu banyak bekerja dalam memetik buah-buahan panen kemarin.”

“Oh, Sean. Ya sudah kalau begitu, aku akan membantumu makan,” ujar Amanda yang segera mengambil piring milik Sean dan juga mengambil sendok yang baru untuk menyuapinya.

“Tidak perlu, Amanda. Aku bisa makan sendiri nanti, untuk malam ini aku sudah tidak selera untuk memakan makanan apapun,” sahut Sean yang segera bangun dari tempat duduknya, “aku pergi ke kamar duluan, ya, semua.”

Sean pun berjalan pergi ke kamarnya meninggalkan Amanda dan Meera yang tengah berada di meja makan.

“Sepertinya kedua telapak Sean sedang terluka, aku harus mengambil kompres air hangat untuk meminimalisir rasa sakitnya,” gumam Amanda.

“Kau tidak perlu melakukan itu, Amanda. Kau diam di sini dan makanlah, biarkan Ibu yang akan mengompres lukanya,” tutur Meera.

“Ah, baiklah, Bi.”

HELL BELL 'GOLD' [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang