ARC 2 : FRUIT ISLAND 5

57 37 10
                                    

“Ekspresi dan suasana hatinya yang tertuang pada surat pertama benar-benar sangat berbalikan dengan surat yang kedua. Surat pertama yang ditulisnya pada tahun 2007 adalah di mana dia tengah melamar pekerjaan dan menaruh mimpi yang akan membuatnya sukses di luar sana.. Dan surat kedua adalah tangisan erangan laranya setelah bekerja di salah satu perusahaan yang belum terselesaikan milik majikan yang sangat bengis dan kasar, jelas di situ dia menuliskan dan mencantumkan tahun 2010 pada suratnya. Itu artinya dia telah menyimpan surat yang pertama selama 3 tahun terakhir dan pada tahun 2010 dia berniat untuk menyisipkan semua suratnya beserta foto tersebut karena mungkin dia tahu, bahwa tidak akan ada lagi kesempatan untuknya mengirimkan amplop ini ke depannya. Dan untuk kalimat yang di samping namanya juga terbaca ganjil dengan surat yang pertama. Tidak ada satupun kata-kata manis yang melukiskan bahwa dia adalah putri tersayangmu.. Mungkin dengan alasannya yang salah dalam memasuki pekerjaan membuatnya enggan menyampaikan bahwa hatinya sedang tidak baik-baik saja..”

“Jika tahu seperti demikian.. Lalu apa yang harus seorang Ibu sepertiku lakukan? Aku sama sekali tidak tahu dia berada di tempat mana.. Apakah aku harus mencarinya hingga berkeliling dunia sedangkan akses untuk keluar dari dalam pulau ini pun sangat sulit..”

“Kau tak perlu khawatir, Bibi. Aku akan carikan jalan untukmu bertemu dengannya. Aku akan membawa semua surat-surat ini bersama dengan bukti foto penyiksaanya.”

“Kau mau bawa ke mana barang satu-satunya yang sangat paling penting dan berharga bagi diriku?”

“Bibi anggap ini barang berharga? Sepertinya Bibi harus mulai berfikir untuk tidak memikirkannya.. Karena itulah kalimat yang ia tuliskan pada surat yang kedua ini..”

“Dia putriku.. Putri tercintaku.. Seorang Ibu tidak akan dapat melupakan seorang anaknya.”

“Jika demikian.. Berhentilah untuk menyakiti diri sendiri atas karena apa yang telah putrimu lakukan.. Itupun kalau kau ingin melihat putrimu lagi.. Aku mengenali tempat yang dia maksud itu.. Aku akan mencoba membujuknya untuk membawanya bertemu dengan Ibunya..”

“Ka-Kau mau mempertemukan aku dengan putriku?”

“Jika sudah waktunya tiba, saat para A.E sudah mulai berhenti dalam aktivitasnya berpatroli.. Datanglah dan temui aku di pulau Goldwines.. Aku akan memperlihatkan putrimu di sana.”

Aku akan mencoba untuk memporak-porandakan Goldwines hingga seluruh personil A.E berkumpul di suatu titik.
 

“Bagaimana kau bisa tahu kalau keberadaan putriku ada di sana?”

“Tentu saja aku tahu dari kalimat yang aku temukan di surat-surat ini.. Dia bilang dia bekerja pada majikan yang sangat kaya dan yang terkaya.. Dan dia berada di tempat bank yang sangat megah.. Bukankah itu sudah cukup jelas untuk memberitahukan di mana sekarang lokasinya saat ini..”

“Kau sangat jenius, Anak Muda. Apakah kau seorang detektif?”

“Ah.. Bu-Bukan.. Aku cuma seorang pencu-”

“Mantan polisi..” Tukas Isabella.

“Wah! Pantas saja kau sangat kritis dalam membaca dan memahami suatu perkara.”

“Ah.. Iya.. Aku hanya sedikit memiliki talenta itu.. Hehe.”

“Kau bilang sedikit? Dasar payah!” ketus Isabella.

“Wah kalian memang pasangan yang serasi.”

!!!

“Kami berdua tidak memiliki hubangan apa-apa. Kami sebatas orang-orang!” seketika kata-kata kami yang terucap sama.

HELL BELL 'GOLD' [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang