ARC 2 : FRUIT ISLAND 8

56 39 9
                                    

“Heyy! Ini sangat seru dan mengasyikan, melompat-lompat di atas batu.”

“Hehe ... tentu saja. Walaupun terasa asyik tapi maaf saja kita tidak boleh melakukan hal itu terlalu sering. Batu ini mungkin saja sangat rentan dan permukaan di sisi-sisinya sudah tak sekeras seperti halnya batu sebelum terendam zat radioaktif dulu, dan pengaruhnya sekarang batu yang kini kita pijak menjadi sedikit lunak. Dan itu disebabkan oleh zat-zat yang terkandung pada air yang menggenang di area sekitar batu-batu tersebut. Korosi.”

“Ah. Benar. Pantas saja sewaktu aku memijakkan kakiku dan menekannya ke permukaan batu untuk melompat ke batu yang lain di depannya, pada permukaan batu terasa seperti menginjak tumpukan jerami kering, dan aku merasa bahwa bekas langkahku seperti telah berhasil menggoreskan batu hanya dengan sepatu.”

“Selain itu alasannya aku menganjurkan untuk tidak melompat lagi karena nanti efek magis yang dimiliki oleh telapak kakimu akan bekerja tidak optimal. Alhasil Bocah Telur itu akan tidur tanpa ternaungi oleh Clover.”

“Ah! Kau benar juga. Aku baru ingat. Jika kakiku sering tidak menyentuh bumi maka kemampuan Active Skill-ku akan sirna dan lenyap.”

Sebenarnya aku tahu semuanya tentangmu mulai dari perasaanmu, seperti kau yang berpura-pura tidak dapat tidur dengan beralasan ‘aku tidak dapat tidur jika masih ada orang di sekitar yang masih bangun’. Kau memiliki alasan yang konyol. Tapi yang sebenarnya, kau melakukan itu agar dapat tetap untuk menaungi kami dengan Clover. Jika kau tidur itu artinya telapak kakimu tidak menyentuh tanah dan Active Skill tidak akan bekerja. Siapa orang yang coba kau tipu? Seorang Rob sepertiku? Kau menipu orang yang salah.   

“Hellios? Hellios? Apakau tengah memikirkan sesuatu?? Hallo?” teriak Isabella.

“Ah!??”

Tentu saja aku sontak kaget. Karena banyak terlalu memikirkan sesuatu membuatku hilang fokus. Isabella benar-benar lenyap dari pandanganku. Rupanya kini dia sudah berada jauh di ujung batu yang dekat dengan laut lepas.

“Woyy! Tunggu aku! Sudah kubilang untuk tidak melompat lebih dari ini! Terlebih lagi kau berada di ujung pesisir pulau! Itu sangat berbahaya untukmu! Kau dapat terseret dan tersapu ombak ke tengah laut!”

Karena khawatir, aku segera berlari dengan melompat pada batu ke batu yang lain.

Sesampai di ujung.

Aku melihat dirinya yang tengah berjongkok di atas batu dengan kepala yang terpaku pada genangan air.

“Kau menghilang dengan cepat layaknya hantu. Ngomong-ngomong kau sedang melihat apa?”

“Kurasa zat yang waktu sore kau bicarakan, aku rasa kini warna hijaunya benar-benar sangat pekat.”

“Sangat pekat? Benarkah?”

“Hampir dapat dikatakan warnanya berbeda dengan yang waktu sore lalu.”

Karena penasaran apa yang barusan dia ucapkan, aku langsung segera mengecek dan melihat sendiri dengan mata kepalaku.

“Benar. Dari reaksi pergerakannya saja seperti asap yang menyebar dalam air. Zat radioaktif ini menyebar dengan sangat cepat.”

“Ah! Lihat! Di sekitar kita tiba-tiba saja keluar asap berwarna hijau!”

“Ini bukan asap! Tapi kabut yang dihasilkan oleh zat radioaktif yang terkena arus ombak dan menghantamkannya ke batu.”

“Cepat sekali kabut ini terkumpul padat di sekitar kita! Aku sama sekali tak dapat melihat area di sekitarnya dengan jelas. Pandanganku samar dan kabur.”

HELL BELL 'GOLD' [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang