2. Rumah Pohon

5.6K 354 15
                                    

Bubaran SMA Danendra II membuat kemacetan di jalan raya di halaman sekolah mereka. Nacha, gadis itu menatap iri ke sejumlah murid-murid yang di jemput oleh keluarganya.

Andai aku bisa di jemput juga, batin Nacha.

Dari pada semakin lama ia semakin iri terhadap orang-orang. Nacha memilih pergi ke halte bis yang jaraknya cukup jauh dari sekolah. Cuaca semakin gelap pertanda hujan akan segera turun. Nacha cemas karena ia tak membawa payung ataupun jas hujan.

Rintik hujan perlahan menjadi semakin deras. Nacha berlari dah akhirnya sampai di halte bis yang hanya ada ia di sana. Sendirian. Hujan semakin deras di tambah petir yang bergemuruh membuat Nacha semakin takut. Ia tak suka dengan namanya petir. Nacha hanya bisa terduduk sembari menatap jalanan yang sepi.

Brukk!! Bugh!

Nacha terkejut dengan suara kencang seperti kecelakaan. Ia mencari sumber suara. Dan akhirnya mata Nacha membulat sempurna mendapati seseorang yang berseragam dengannya terjatuh dari motor di tengah jalan. Motor berwarna hitam ninja itu pun terlempar ke samping trotoar.

"Yaampun! "

Nacha berlari ke tengah jalan menghampiri lelaki tersebut. Lelaki itu terduduk lemah di tengah jalan. Untung saja jalanan sedang sepi.
"Eh yaampun! Sini gue bantu!" Nacha merangkul pundak lelaki tersebut untuk membawanya ke pinggir jalan karena takut bila ada kendaraan melintas tiba-tiba.

"Bentar, motor gue, " lelaki itu menuju motornya. Tampaknya ia kesusahan mengangkat motor besarnya. Jadi mau tidak mau Nacha membantu lelaki itu mengangkat motor yang bebannya sangat-sangat berat!

Akhirnya motor itu bisa berdiri semula dan masih hidup. "Mending lo neduh dulu, hujannya masih deras. " ucap Nacha. Lelaki itu tampak mengangguk.

Ia berjalan tertatih sembari mendorong motornya ke dekat halte bis di bantu Nacha. Ia memilih berteduh bersama Nacha. "Thanks Cha, " Nacha menyerngit bagaimana lelaki itu bisa tahu namanya?

"Loh, kok lo bisa tau nama gue? " bingung Nacha.

Lelaki itu membuka helmnya, "Nathan? Gue kira siapa, lo gak pa-pa kan Nat? "

Nathan menggeleng "Gak," jawabnya singkat. Nacha mengangguk, lalu melihat darah yang mengalir di sikut Nathan.

"Nat, sikut lo berdarah, " Nacha tak berani memegang sikut Nathan karena ia selalu ada rasa takut ketika melihat darah.

Nathan melihat ke arah sikutnya, darah itu tembus ke lengan baju sekolahnya. Ia meringis merasakan sakit di bagian sikut.

Nathan mengambil handphone miliknya di tas. Ia menelfon seseorang.

Hallo?

-Marco? Gue minta sekarang lo ambil motor gue di halte bus daerah sekolah gue. Tadi gue jatuh kayanya ada yang rusak. Tolong cepet lo ambil, gue mau pulang.

Nacha mematung. Nathan bisa ngomong panjang lebar juga ya? Batinnya.

Baik, saya kesana sekarang.

Nathan mematikan sambungan telfonnya. "Lo pulang bareng gue," ucap Nathan.

"Eh, gak usah! Ga pa-pa kok gue bisa tunggu hujan reda aja, lo balik duluan aja ga pa-pa," tolak Nacha.

"Kebiasaan cewek, bilang ga pa-pa tapi aslinya engga, " Nathan memutar bola matanya malas.

Kok nyebelin ya? Kesal Nacha.

"Yaudah terserah! "

"Gue pesen taksi dulu, " Nathan menatap layar handphonenya.

**

8 Misi Rahasia [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang