Nacha terduduk di kursi rumah sakit menunggu antrian obat. Sebenarnya dokter meminta Nacha untuk di rawat inap saja setelah kemoterapi, tapi gadis itu menolak dengan keras karena tidak ingin berlama-lama di rumah sakit, tempat yang sangat ia tak sukai.
Badannya lemas, wajahnya pucat. Jangan fikir Farel bersamanya, ayahnya itu ada pekerjaan mendadak ke luar kota dan malah menitipkan Nacha kepada Devi ibu tirinya. Sudah jelas Devi tidak sudi mengantar Nacha jika benar ia mengantarkannya sudah pasti selama di perjalanan ia akan marah-marah pada gadis itu. Sudah beribu-ribu kali Nacha ingin menguak sikap asli Devi, tapi ayahnya tak akan mudah percaya begitu saja.
Devi terlalu pintar bersandiwara hingga ayahnya luluh dalam hanya kurun waktu satu detik saja. Nacha memakai taksi online membuat uangnya terkuras belum lagi untuk membayar obat rasanya kepala Nacha ingin pecah saat ini juga.
Antriannya masih sangat lama apalagi jadwalnya itu malam, ia beranjak untuk pergi ke toilet sebentar karena tidak mungkin terlewat antriannya yang jelas-jelas masih sangat lama seperti menunggu kepastian doi.
"Cha?" Nacha mendongak dan terkejut melihat Nathan ada di hadapannya memakai hoodie berwarna hitam bertuliskan I'm Brave and I'm Cool.
"Eh, Nathan dah pulang LDK-nya?" tanya Nacha, ia kira seperti baru kemarin Nathan pergi tapi sudah kembali lagi. Benar kata orang, waktu berjalan dengan sangat cepat.Nathan mengangguk.
"Lo ngapain di sini?" Nathan malah berbalik bertanya membuat Nacha bingung harus menjawab apa.
Nacha menggaruk tengkuknya yang tak gatal membuat Nathan mengangkat halisnya sebelah, "Eum...itu ngambil obat papah!" jawab Nacha yang sudah pasti berbohong.
Nathan? Tak usah di tanya lelaki itu tidak mudah percaya dengan omongan orang jika tidak melihat langsung, tapi lelaki itu hanya mengangguk dan tak mau banyak bicara.
"Terus lo mau kemana sekarang?"
"Ke toilet, bentar,"
"Mau gue anter?"
Nacha melotot tak percaya dengan mulut sedikit terbuka, "Yakali lo mau ngikut ke toilet cewe Nat!"
"Ya enggak, maksudnya muka lo pucet takut lo kenapa-napa kan? mau gue anter ga?" keajaiban, Nathan berucap panjang padanya. Aka Nacha catat dalam otaknya, dengan judul Keajaiban dunia seorang Nathaniel berbicara panjang lebar.
"Gue gak pa-pa kok Nat, yaudah gue duluan. Besok sekolah ya Nat!" Nacha mengingatkan sembari tersenyum sedangkan Nathan masih setia dengan wajah datarnya.
"Besok libur,"
Malu, itu yang di rasakan Nacha sekarang. Ia bahkan sampai lupa besok itu hari di mana sekolah libur. Nacha yang malu sontak menepuk dahinya.
"Eh sorry lupa,"Nacha segera berjalan melewati Nathan sembari menutup wajahnya yang mungkin memerah.
yaelah Cha malu-maluin banget lo!
Nathan menatap punggung Nacha yang pergi menjauh tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Kenapa gadis itu terlihat malu? Apakah Nathan salah bicara?
Nathan mengangkat bahunya acuh, lalu segera pergi ke arah kantin, setelah itu ia harus kembali ke ruangan papahnya dan baru menemui Nacha lagi agar gadis itu tidak sendiri. Nathan kasihan melihat wajahnya yang pucat dan lemas.
**
Nacha berjalan ke arah pintu keluar rumah sakit sembari membuka aplikasi untuk memesan ojek online. Akhirnya ia bisa bernafas lega karena obat sudah berada di tangannya. Tapi rasa sedih menghampiri saat melihat begitu banyak obat yang ada di plastik putih kecil yang di genggamnya itu. Nacha memasukan obat tersebut ke tas kecilnya.
Nacha bergeser karena menghalangi pintu keluar masuk rumah sakit, lalu tak sengaja melihat kakak kelasnya, Ziyan. Ia melambai ke arah Ziyan yang datang sendiri memakai jaket berwarna hijau tua yang baru saja keluar dari pintu rumah sakit.
"Kak Ziyan!" panggil Nacha.
Ziyan Faraelouis, lelaki campuran darah Jerman itu tampak menoleh ke arah kanan dan kiri mencari sumber suara yang memanggil namanya. Saat menoleh ke arah sebelah kiri ia melihat Nacha yang melambai ke arahnya dan menebak pasti Nacha yang memanggilnya tadi. Ziyan berjalan menghampiri Nacha.
"Nacha, ngapain di sini?" tanya Ziyan.
Yaallah kayaknya Nacha salah manggil orang deh, kan jadinya bingung mau jawab apa, Batin Nacha.
"Eum...ngambil obat papah!" jawaban yang sama ketika ia menjawab pertanyaan Nathan.
Ziyan mengangguk, "Ka Ziyan dari mana?" tanya Nacha, ia mengajak Ziyan mengobrol sembari menunggu ojek onlinenya datang.
"Papah gue dokter di sini Cha," jawab Ziyan. Baru tahu Nacha ternyata Ziyan itu anak dari seorang dokter. Nacha mengangguk mengerti
"Mau pulang?"
"Iya kak,"
"Bareng aja, gue juga mau pulang kok,"
Nacha menimang-nimang tawaran Ziyan, maksudnya memanggil Ziyan bukan untuk meminta antar pulang loh tapi hanya menghormati Ziyan sebagai kakak kelasnya dan mereka memang sedikit dekat.
"Eh gak usah kak, Nacha dan pesen ojek online kok," tolak Nacha secara lembut karena jika pulang bersama pun arah rumah Ziyan dengan Nacha itu berbeda jadi tak enak jika Ziyan harus mengantar Nacha pulang terlebih dahulu.
"Cancel aja bisa kan? Sekali-sekali balik bareng gue, dah larut malam juga Cha, gak takut balik sendiri? Bareng aja, santuy lah gue gak bakal macem-macem" ucap Ziyan dengan nada bercanda lalu terkekeh.
"Yaudah deh kak," Nacha merasa tak enak juga jika menolak. Dan pastinya tidak ada fikiran jika Ziyan akan berbuat macam-macam karena Nacha cukup tahu sifat dan sikap Ziyan.
Ziyan tersenyum lalu segera mengambil motornya di parkiran dan meminta Nacha menunggunya di tempat tadi terlebih dahulu. Dan tak lama lelaki itu kembali menampakkan diri.
"Yuk!" Ziyan sudah datang dengan motornya dan Nacha segera naik ke atas motor tersebut.
Mereka berlalu meninggalkan rumah sakit tanpa sadar seseorang dengan tangan yang terkepal menatap tajam ke arah mereka.
Nathan mengumpat kesal pada Ziyan yang membonceng Nacha tadi. Niatnya ingin mengantarkan Nacha pulang seketika hancur ketika melihat Nacha di bonceng Ziyan dan berlalu pergi dari rumah sakit.
Kenapa gue jadi gak nyaman liat Nacha sama Ziyan?
Nathan terheran dengan dirinya sendiri, jelas ia dan Nacha tidak ada hubungan apa-apa hanya sebatas teman. Dan tak lebih, tapi kenapa perasaannya menjadi campur aduk seperti ini?
Ia memijit kepalanya merasakan sakit di bagian kepala dan terasa berat serta pusing. Selama LDK ia kurang istirahat dan terlalu kelelahan, lelaki itu kembali ke lantai tiga ke ruangan ayahnya dan nemilih beristirahat. Bosan sebenarnya jika terus berada di rumah sakit seperti ini tapi ia tak tega jika meninggalkan ibunya sendiri menjaga ayahnya yang sedang sakit. Nathan menatap langit-langit rumah sakit sembari merebahkan tubuhnya di atas sofa ruangan ayahnya tersebut.
Kepulangan gue bikin lo kangen sama gue gak sih Cha?
Nathan menggeleng kuat, untuk apa dia memikirkan pertanyaan seperti tadi? Ia seperti menjadi percya diri tingkat dewa. Tidak mungkin Nacha merindukannya. Mereka tidak ada hubungan special yang harus saling merindukan bukan? Jika memang ada pasti segera menepis pikiran tersebut jauh-jauh.
**
-8 MISI RAHASIA-
PLEASE!
COMEN+VOTE
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Misi Rahasia [COMPLETE]
Teen Fiction[SQUEL CERITA ALNARA] Karena ulahnya sendiri, Nathan harus masuk ke dunia petualangan yang dunia tersebut sangat-sangat tidak di sukainya. Misi yang di buat Nacha membuat Nathan berfikir bahwa gadis itu konyol dan misi itu sangat tidak berguna. Tap...