53. Operasi

4.1K 332 92
                                    

Nathan di bantu ibunya merapihkan perlengkapan untuk pergi ke Jerman malam ini. Nara menatap putranya yang tampak tidak bersemangat itu. "Kamu baik-baik aja kan Nath?" Tanya Nara.

"Iya bun, Nathan minta waktu buat nemuin Nacha di rumah sakit." Jawab Nathan. Dirinya tahu bahwa Nara pasti mengkhawatirkan-nya sekarang ini.

Nara hanya mengangguk sebagai balasan, Nathan harus menerima nasibnya sekarang, di satu sisi ini juga bukan kesalahan kakeknya melainkan untuk kebaikan dirinya sendiri. Koper besar berisikan baju-bajunya sudah tertata rapih, jam menunjukkan pukul 19.32 tandanya masih ada waktu untuk Nathan menemui Nacha.

Setelah Nara pergi dari kamarnya Nathan dengan cepat menyambar jaket dan kunci motornya untuk pergi ke rumah sakit. Baru saja lelaki itu membuka pintu, Oki sudah berada di balik pintu itu.

"Ngangetin lo!" Nathan mendorong bahu Oki agar bisa keluar.

"Nacha operasi hari ini Nath," Ucap Oki.

Mereka dengan cepat melesat membelah jalanan di malam hari menuju rumah sakit. Maafin gue ya Cha. Batin Nathan.

**

Nathan di persilahkan masuk oleh Oki dan keluarganya, mereka merasa keduanya mempunyai ikatan kuat. Bisa di simpulkan semangat Nacha ada di Nathan dan begitupun sebaliknya. Nathan membuka pintu ruangan dan terlihat Nacha yang sedang duduk di kursi roda dengan baju rumah sakitnya.

"Cha." Panggil Nathan.

"Hai Nath." Nacha sangat tahu pasti suara orang-orang terdekatnya apalagi Nathan.

Nathan berjongkok di hadapan gadis itu walau Nacha sama sekali tidak melihatnya sedikitpun. Seperti biasa tatapannya lurus ke depan entah tertuju kemana.

"Semangat!" Ucap Nathan dengan senyum.

Nacha tampak tersenyum mendengar ucapan Nathan, ia bersyukur memiliki orang-orang yang sangat peduli dengannya. "Gue juga mau berterimakasih sama lo. Makasih udah bantu gue jalanin delapan misi ini. Satu misi lagi gue serahin sama lo ya Nath," Balas Nacha.

Nacha belum mengetahui Nathan akan pergi ke luar negeri di karenakan keinginan Nathan sendiri. Dirinya tidak mau Nacha bersedih atau terbawa pikiran nantinya.

"Sebentar lagi lo bakal bisa lihat dan sembuh Cha." Suara Nathan terdengar sendu.

"Iya Nath, nanti lo harus temenin gue ya?" Nathan diam tidak menjawab.

Lelaki itu malah meraih kedua tangan Nacha dan menatap manik coklat itu. "Walau gue nggak bisa janji, tapi percaya gue bakal selalu jaga lo." Ucapan Nathan membuat Nacha menyerngit.

Dirinya ingin bertanya tapi di urungkan niatnya itu saat perawat memasuki ruang rawat inapnya.

"Nacha, sudah siap?" tanya perawat perempuan itu.

"Sudah sus." Dirinya mencoba tidak gugup atau berpikiran negatif saat ini.

Sebentar lagi dirinya sembuh dari penyakit kanker dan bisa kembali melihat dunia. Tapi satu hal yang ia takutkan. Ia takut operasinya gagal dan semua harapannya runtuh atau bisa saja dirinya di panggil oleh yang maha pencipta saat itu juga.

Perawat itu mendorong kursi roda Nacha untuk menuju ruang operasi. Tapi, sebelum itu Nacha menghentikan perawat itu. "Sebentar sus."

"Nath? Gue mau tarik ucapan gue. Gue selalu bilang nggak pernah mau berada di rumah sakit dan nggak pernah mau jadi dokter. Tapi, mulai saat ini gue tarik semua ucapan itu, kalau gue di kasih kesempatan buat hidup gue pengen jadi dokter dan menolong orang-orang yang sama kayak gue sekarang," Ucap Nacha dengan panjang lebar dirinya tahu Nathan masih di tempatnya.

8 Misi Rahasia [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang