Nacha dengan senang hati berjalan dengan kotak bekal di tangannya untuk Nathan. Hari masih sangat pagi dan ia udah bersiap dengan make up dan kostum mayoret dan akan mewakili sekolah tercintanya. Tapi sebelum itu ia akan memberikan nasi goreng buatannya pada Nathan.
Koridor masih sepi dan belum banyak murid yang terlihat. Tapi itu semua tidak mengurangi senyuman di wajah Nacha pagi ini. Saat di pertengahan jalan tangannya di tarik oleh seseorang sangat kencang sampai dirinya meringis kesakitan. Kirana dan kedua sahabatnya menatap nyalang ke arah Nacha.
"Oh jadi ini mayoret cewek buat Marching band sekolah kita?" Yira berucap sembari menatap Nacha seolah-olah dia itu benda yang menjijikan.
Dan Kirana menatap sinis sembari tersenyum miring. "Nacha Aldara, di kabarkan dekat dengan cucu pemilik sekolah Nathaniel Rafandra. Emang lo gak malu?" kini Giliran Kirana yang membuka suara.
"Maksud lo?" Nacha masih bingung.
"Gue tau kenapa lo bisa deket sama Nathan! Dan apa lo gak malu terus nyusahin Nathan dengan penyakit lo, dan misi rahasia yang gak berguna itu?" Kirana menaikkan suaranya.
"Nacha, lo itu terlalu bodoh! Semua tahu lo itu pemilik 8 misi rahasia yang isinya kebegoan lo semata! Dan lo masukin Nathan ke lingkaran masalah lo," Kirana menggelengkan kepalanya menatap Nacha.
"Lo inget satu hal Cha, Nathan lakuin semua itu cuman karena kasihan sama penyakit lo! Mana ada sih orang yang mau ikut 8 Misi gak jelas kaya gitu. Lo pikir lo itu siapa hah?!"
Nacha menutup matanya, apa benar yang di katakan Kirana. Apa benar Nathan melakukan semuanya dengan terpaksa. Jika Nacha fikir lagi omongan Kirana ada benarnya. Dirinya siapa berdekatan dengan cucu pemilik sekolah dan memasukkan Nathan dalam lingkaran masalahnya yang membuat Nathan harus membantu gadis itu.
Kirana tersenyum miring. "Ini apa?" Yira mengambil kotak bekal makan siang dari tangan Nacha.
"Oh My God! Lo ngasih ginian ke Nathan? Cih," Kirana mengambil kotak bekal makan siang itu dan membuang ke tong sampah.
"Jauhin Nathan kalau lo gak mau dia masuk ke dalam masalah hidup lo. Dan inget! Lo itu cuman nyusahin Nathan dia gak nganggap lo apa-apa,"
Nacha setelah itu segera pergi dari koridor kembali ke kelasnya menemui Dira. Ingin rasanya menangis tapi untuk apa.
"Gue yakin dia bakal berfikir 2 kali sebelum deket sama Nathan," Kirana tersenyum melihat punggung Nacha yang menjauh.
Tiiitt!!!!
Nacha tersadar dari lamunannya. Ternyata lampu sudah berwarna hijau dan mobil yang ada di belakangnya terus menerus mengklakson dirinya. Nacha segera melajukan kembali motor maticnya ucapan Kirana terus terngiang di kepalanya.
Mungkin memang benar, perhatian Nathan malah bisa bikin gue sakit nanti. Dan gue pasti bakal nyusahin dia terus.
**
Nacha terkejut ketika baru memasuki pekarangan rumahnya. Semua barang-barang milik Nacha dan papahnya sudah di kemas di dalam koper dan di bawa keluar. Sedangkan pembantunya seperti sedang di marahi dan di pecat.
"Ini kenapa?" Nacha turun dari motornya dan menghampiri Devi serta Jihan.
"Nih bawa barang-barang lo! " Jihan melempar koper ke arah Nacha.
"Maksud kalian apa? "
"Papah kamu lagi koma di rumah sakit! Dan sekarang rumah ini hanya milik saya seorang! " Devi berkata dengan suara tinggi.
Deg!
Nacha terdiam, papah koma? Tubuh Nacha seakan ambruk saat ini. Ayahnya yang sangat ia cintai dan satu-satunya keluarga yang Nacha tau karena bisa di bilang sampai saat ini ia masih dalam keadaan hilang ingatan.
"Ibu tega lakuin ini sama papah? Hati nurani ibu di mana?" Nacha terisak.
"Ya tega! Untuk apa saya ngurus papah kamu, toh sebentar lagi papah kamu bakal meninggal!"
"IBU BOLEH USIR SAYA TAPI JANGAN PAPAH SAYA! " Baru kali ini Nacha membentak Devi. Untung saja bi Mina menahan gadis itu.
"Heh beraninya lo ngebentak mamah gue! " Jihan mendorong Nacha dengan keras.
Bi Mina menangis melihat itu semua. Sekarang hanya Nacha sendiri yang berjuang, gadis itu sebagai benteng kuat bagi ayahnya. "Kalian yang kurang ajar, kurang baik apa papah saya sama kalian?! Saya selalu turutin apa kata Ibu, apa mau ibu tapi kenapa ibu lakuin ini sama papah, ibu seharusnya berterima kasih pada papah!"
Devi seakan tuli dengan teriakan Nacha padanya. Gadis itu tidak perduli walau ia akan mendapat perlakuan tidak baik atau di pukuli Devi lagi karena saat ini ia harus berjuang mempertahankan apa yang menjadi milik ayahnya.
"Pergi kalian! Saya tidak mau kalian ada di sini! " Devi dengan cepat masuk ke dalam rumahnya bersama Jihan dan segera mengunci pintu.
Nacha berlari ke arah pintu itu dan menggedornya kuat. "Ibu buka bu!! Jangan lakuin ini sama papah!! Ibuu!!! "
Bi Mina menarik tubuh rapuh Nacha dan memeluk gadis itu. Nacha hanya bisa menangis di pelukan bi Mina, ayahnya sedang bertaruh nyawa di rumah sakit entah sampai kapan. Kini ia tidak punya apa-apa lagi.
"Maafin Nacha bi, Nacha gak bisa bawa bibi. Nacha gak ada uang buat gajih bibi nantinya, " Nacha menghapus air matanya.
"Bibi gak pa-pa non, lebih baik non ikut ke rumah bibi ya? Biar non istirahat," tawar Bi Mina.
Nacha menggeleng kuat, "Nacha mau nemuin papah, Nacha bakal tunggu papah sampai sembuh, "
**
Nacha membawa masuk kopernya dengan wajah yang masih ada beks air mata. Ia hanya bisa mambawa motor yang memang di belinya sendiri dari hasil kerja. Ia menemui bagian pendaftaran.
"Permisi Sus, saya mau nanya ruangan Bapak Farel Lores di mana ya?" tanya Nacha pada perawat wanita tersebut.
"Sebentar ya mbak," perawat itu tampak mengecek komputer.
"Ada di ruangan teratai nomer 10,"
"Terima kasih mbak,"
Nacha segera berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Bagaimana nanti jika ayahnya tahu bahwa rumah dan segala isinya sudah di ambil oleh Devi, ia takut ayahnya akan drop jika mengetahui semua itu.
Sampai di depan ruangan, tiba-tiba seorang lelaki seumuran ayahnya menghampiri Nacha. "Nacha?"
Nacha menoleh ke arah lelaki tersebut tapi ia tidak tahu siapa, "Siapa?" tanya Nacha.
Lelaki itu tampak tersenyum tipis, "Saya tau kamu masih hilang ingatan. Nama saya Daren, om kamu," jawab lelaki itu yang di ketahui adalah om Nacha.
"Om? "
"Mungkin papah kamu gak pernah cerita apa-apa lagi sama kamu setelah kamu hilang ingatan. Dia takut kamu malah jadi sakit. Tapi gak pa-pa, akhirnya om bisa ketemu kamu lagi, " Daren tersenyum bahagia.
"Nacha mau ketemu papah, "
"Oh silahkan, papah kamu ada di dalam,"
Nacha membuka pintu ruangan dengan pelan sedangkan Daren menunggu di luar. Nacha kembali menangis melihat papahnya tertidur lemah dengan bantuan alat yang di pasang di tubuh lelaki yang terlihat semakin tua dan rambutnya memutih.
Nacha berjalan menghampiri Farel, lalu duduk di kursi dekat ranjang rumah sakit. "Pah... " panggil Nacha dengan suara paraunya serta tangis yang tidak bisa berhenti.
"Papah harus bangun, Nacha kangen papah, " Nacha mencium tangan Farel dengan lembut berharap ayahnya itu bisa bangun dari Koma.
"Nacha gak bisa laluin ini semua sendiri Pah...Nacha butuh papah, "
**
8 MISI RAHASIA
VOTE+COMEN
8 MS sad ending aja apa ya? Biar beda gitu:v
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Misi Rahasia [COMPLETE]
Teen Fiction[SQUEL CERITA ALNARA] Karena ulahnya sendiri, Nathan harus masuk ke dunia petualangan yang dunia tersebut sangat-sangat tidak di sukainya. Misi yang di buat Nacha membuat Nathan berfikir bahwa gadis itu konyol dan misi itu sangat tidak berguna. Tap...